Aset Tanah Muhammadiyah Capai 21 Juta Meter Persegi, Bisa Jadi Ormas Terkaya di Dunia

28 Desember 2020, 20:07 WIB
Universitas Muhammadiyah Purwokerto..Muhammadiyah bisa jadi ormas terkaya di dunia.* Instagram/umpkita/ /

JURNAL SOREANG- Sekretaris Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Dr.  Agung Danarto, MAg menyebutkan,  aset tanah yang dimiliki organisasi itu mencapai tidak kurang dari 21 juta meter persegi.

Dengan aset berupa lembaga pendidikan, rumah sakit dan klinik, maupun panti asuhan dan lembaga ekonomi bisa jadi Muhammadiyah merupakan ormas terkaya di dunia.

"Saya percaya tidak kurang dari jumlah tersebut. Suatu jumlah yang banyak. Ada yang sudah dimanfaatkan dan 50 persen belum dimanfaatkan," ujar Agung saat Webinar Refleksi Akhir Tahun Pimpinan Cabang Istimewa Muhammadiyah (PCIM) Malaysia – PCIM Taiwan mengenai “Nilai Strategis Big Data bagi Persyarikatan Muhammadiyah”, diikuti dari Kualalumpur, Minggu, 27 Desember 2020.

Baca Juga: Usia Muhammasiyah 108 Tahun. Indonesia banyak Berutang ke Muhammadiyah

Diskusi menampilkan Agung Danarto dan Drs. M Agus Samsudin, MM (Ketua MPKU PP Muhammadiyah) sebagai pemantik.

Sedangkan sebagai pembicara Dr. Sukadiono, MM (Rektor Universitas Muhammadiyah Surabaya), Dr. Sonny Zulhuda (Ketua PCIM Malaysia dan Dosen IIU Malaysia), Reza Ismail (Founder/CTO LedgerX International – Chulia Group) dan Andi Azhar, MBA (Ketua PCIM Taiwan, Kandidat Doktor di Asia University Taiwan) sedangkan moderator Ahmad Shidqi (MPIH PCIM Malaysia).

Agung menambahkan, dulunya  mengira tanah wakaf yang belum dimanfaatkan ukurannya kecil-kecil ternyata setelah saya di PP Muhammadiyah  tidak semuanya kecil. "Tanah wakaf  yang luasnya  hektaran juga tidak sedikit, bahkan ada yang  9.000 meter di daerah cukup strategis," katanya.

Baca Juga: Khawatir Varian Baru Covid-19, Arab Saudi Perpanjang Larangan Masuk Seminggu ke Depan

Agung menjelaskan Muhammadiyah sudah mendirikan Pusat Syiar Digital Muhammadiyah, website jejaring Muhammadiyah dan analisis media sosial.

"Program ini sudah jalan, tetapi untuk big data Walaupun sudah dicanangkan dan penanggung jawab ada sampai saat ini big data belum jalan. Barangkali kalau di Muhammadiyah kalau tidak langsung dimanfaatkan data yang sifatnya murni terkadang semangat mencarinya susah sehingga perlu dipaksa bahwa big data sangat penting," katanya.

Dia mengatakan Muhammadiyah sebenarnya merupakan asosiasi puluhan ribu LSM yang semua bergerak secara semi otonom.

Baca Juga: Ditanya Bukti Mimpi Bertemu Rasulullah, Haikal Hasan: Waktu Bermimpi Tidak Bawa Handphone

"Secara struktural Muhammadiyah saat ini memiliki 13.693 Pimpinan Ranting, 4.850 Pimpinan Cabang, dan 461 Pimpinan Daerah. Dalam struktur tersebut ada Organisasi Otonom (Ortom), belum lagi ada Amal Usaha Muhammadiyah (AUM) yang tersebar di berbagai daerah hingga pelosok," katanya.

Dia mengatakan masing-masing entitas berjalan secara otonom, inisiatif sendiri dan membiayai sendiri sehingga big data penting.

"Ini sesuatu yang besar tetapi belum optimal. Dari entitas besar ini hanya masing-masing lidi untuk membersihkan halaman, walaupun lidi banyak tetapi tidak efektif bersihkan halaman. Yang dibutuhkan bagaimana lidi banyak dijadikan ikatan yang kemudian dipakai menyapu halaman. Ini perlu dukungan big data," katanya.

Baca Juga: Tingkatkan pelacakan Covid-19, Pemprov Jateng Akan Beli GeNose Buatan UGM

Perlu dicatat 21 juta meter persegi itu bukanlah tanah kosong. Di atasnya berdiri sekurangnya 19.951 sekolah, 13.000 masjid dan mushola, 765 bank perkreditan rakyat syariah, 635 panti asuhan, 457 rumah sakit dan klinik, 437 baitul mal, 176 universitas dan 102 pondok pesantren.

Tentu saja kekayaan Muhammadiyah tidak muncul seketika. Seluruh aset, amal usaha, dan bakti nyata Muhammadiyah merupakan kerja panjang selama 108 tahun.

"Mentalitas yang dibentuk di organisasi ini adalah mental 'aghniya' (orang kaya), mental memberi, spirit al-Ma'un yang membebaskan sekaligus memberdayakan," kata pengueus Muhammadiyah Jabar, Ustaz Kasjvul Anwar.

Baca Juga: NAIK Tajam, Tingkat Kesembuhan Covid-19 Kabupaten Bandung Pekan ini, Tingkat Kematian Turun

Apalagi doktrin Kiai Ahmad Dahlan yang mengatakan, "Hidup-hidupilah Muhammadiyah, jangan mencari hidup di Muhammadiyah" sehingga  pengurus persyarikatan ini bisa mengabdikan hidup untuk sebesar-besarnya kepentingan persyarikatan dan umat.

" Muhammadiyah tidak ingin menempatkan tangan di bawah dengan selalu berharap pada program atau bantuan pemerintah. Sebaliknya, Muhammadiyah selalu bertanya apa yang bisa diberikan dan dibantu oleh Muhammadiyah untuk pemerintah apalagi masyarakat Indonesia," katanya.***

Editor: Sarnapi

Sumber: ANTARA

Tags

Terkini

Terpopuler