Dua Kisah Inspiratif Pentingnya Berbaik Sangka kepada Allah SWT Seperti Diceritakan Ustaz Dede Supriatna

- 8 Oktober 2023, 21:00 WIB
Dede Supriatna, Pensiunan dan Peserta TKM Assyakur Lingga
Dede Supriatna, Pensiunan dan Peserta TKM Assyakur Lingga /Istimewa /

JURNAL SOREANG - Nabi Ayyub AS adalah seorang kaya raya sebab unya peternakan domba, kuda, dan unta.

Nabi Ayyub juga seorang dermawan , di depan rumahnya tersedia meja-meja bundar  untuk makan para tamu dan fakir miskin.

Meski kekayaannya terus bertambah , beliau tidak lupa bersyukur dan  berzikir kepada Allah.

Suatu ketika, Allah  menguji  keteguhan iman Nabi Ayyub  yakni  kekayaan Nabi Ayyub  yang banyak itu tiba-tiba sedikit demi sedikit menyusut kemudian  habis.

 

Nabi Ayyub AS menjadi seorang yang miskin. Namun hal itu  tidak menggoyahkan imannya. Bahkan Nabi berkhusnuzan (berbaik sangka) kepada Allah SWT. Sebab ini semua ujian dan harta itu titipan dari Allah.

Ujian berikutnya anak-anaknya satu persatu meninggal dunia. Nabi Ayyub   tetap dalam keimanannya karena anak juga titipan dari Allah.

Setelah ditinggal putra putrinya, ujian Nabi Ayyub  datang lagi yaitu  penyakit kulit  seluruh tubuhnya ditumbuhi bintik darah bercampur nanah serta ada ulatnya.

Baca Juga: Ini Tata Cara Berdoa agar Mustajab, Baik Sangka dan Yakin Adalah Terpenting

Dua dari ketiga istrinya tidak betah lagi menunggui Nabi Ayyub  lalu mereka meminta cerai.  Tinggalah  satu istrinya yang bernama Rahmah . Istrinya Siti Rahmah mendesak agar nabi Ayyub AS berdoa kepada Allah .   

Sebagaimana dengan firman Allah  surat Sad ayat 41 : Ingatlah hamba Kami Ayyub ketika dia menyeru Tuhannya, “Sesungguhnya aku telah diganggu setan dengan penderitaan dan siksaan /rasa sakit “. Menjawab seruan dan doa Nabi Ayyub tadi, Allah SWT berfirman Hentakkanlah kakimu (ke bumi)! Inilah air yang sejuk untuk mandi dan minum.” Surat  Sad : 42. Seketika Nabi Ayyub sehat Kembali setelah mandi dan minum air itu.

 Ada lagi kisah lainnya yakni  kisah seorang  penasihat yang senantiasa berhusnuzan kepada Allah. Suatu hari, seorang raja yang hobinya berburu bersama penasihatnya yang bijak beserta para pengawalnya pergi ke hutan untuk berburu rusa .

 

Namun pada saat berburu rusa terjadi sebuah kecelakaan. Ternyata sang penasihat secara tidak sengaja menembakkan anak panahnya ke arah sang raja, sehingga jari kelingking raja tersebut terputus.

Sang penasihat meminta maaf dan berkata,”Tuanku ,inilah hal terbaik yang Allah berikan untuk Anda”. Seketika itu sang raja murka dan sang penasihat dipenjarakan.

Sang penasihat pun berkata pada dirinya sendiri.”Inilah hal terbaik yang Allah berikan untuk saya”.

Setelah beberapa lama , sang raja berkeinginan untuk kembali pergi berburu ,tetapi kali ini tanpa penasihatnya karena dia dipenjarakan olehnya.

Baca Juga: Mengenal Jurnalistik Tabligh dari Kacamata Seorang Dokter Rachmat Gunadi

Lalu hanya ditemani para pengawalnya saja .Namun sungguh malang raja ini ketika berburu mereka bertemu segerombolan manusia kanibal. Raja dan pengikutnya ditangkap dan ditawan untuk dijadikan makanan.

Satu per satu pengikut raja mati sebagai makanan manusia kanibal, raja semakin tegang karena tinggal dia sendiri yang masih selamat.Setelah saatnya tiba giliran dia disantap, ternyata sang raja dibebaskan.

Karena ternyata manusia kanibal ini mempunyai kriteria untuk menjadikan manusia sebagai makanan yakni manusia tersebut tidak boleh cacat.

 

Betapa leganya ia karena tidak jadi mati dan dibebaskan. Sang raja baru sadar sekarang terbukti benarlah yang dikatakan oleh penasihatnya bahwa yang terjadi padanya ( pada saat terputus jarinya) adalah yang terbaik yang Allah berikan untuknya

Raja sekarang telah mendapatkan kebaikan yang melebihi pikiran yang dulu ia berburuk sangka kepada musibah yang dia alami.

 Dua kisah tadi mengingatkan untuk selalu berpikir husnuzan ketimbang suuzan sebagai sifat yang tercela.

Sebab seseorang yang memiliki sifat suuzan, maka Allah akan membalasnya dengan dosa. Allah SWT berfirman dalam Surat Al Hujurat ayat 12.

Baca Juga: Yayasan Assyakur Lingga dan MUI Jabar Adakan Pelatihan Khusus untuk Jadi Mubalig, Tertarik?

“ Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka (kecurigaan), karena sebagian dari purba-sangka itu dosa. Dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang.”

Dengan sikap berbaik sangka ini merupakan cara pandang seseorang dalam melihat sesuatu hal secara positif sehingga hati dan pikirannya akan bersih dari perasangka yang belum tentu kebenarannya.

Sifat husnuzan sendiri tidak hanya sebatas berperasangka baik kepada sesama manusia saja, namun juga kepada Allah SWT.

 

 Ada ungkapan yang sangat menggugah dari seorang sufi : “ yang paling penting adalah bagaimana kita selalu baik kepada semua orang. Kalau kemudian ada yang tidak baik kepada kita , itu bukan urusan kita, tapi urusan orang itu dengan Allah SWT”.

Secara umum ciri-ciri orang yang berhusnuz zhan (berbaik sangka) di antaranya setiap melihat masalah sebagai tantangan dan segera mencari solusi , menikmati hidupnya dengan tenang , pikirannya senantiasa terbuka untuk menerima saran dan ide,  mensyukuri apa yang dimilikinya, tidak mendengarkan gossip, ghibah  apalagi membuat atau meneruskan hoax.***

Penulis Adalah Pensiunan dan Peserta TKM Assyakur Lingga

 

Editor: Sarnapi


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah