Meditasi yang luar biasa tersebut mengakibatkan goro-goro atau menimbulkan kekacauan di Kerajaan Segara Kidul (laut selatan).
Sampai akhirnya Kanjeng Ratu Kidul pun mendatangi penguasa Mataram tersebut dan mengatakan bahwa harapannya telah dikabulkan oleh Sang Maujud Agung.
Kemudian perjanjian antara Panembahan Senopati dan Kanjeng Ratu Kidul dibuat. Hubungan antara raja-raja Mataram dan Kanjeng Ratu Kidul telah memperkokoh legitimasi kebudayaan kepada Sri Sultan Hamengkubuwono.
Cerita tersebut sampai sekarang masih dipercayai oleh masyarakat Yogyakarta. Sehingga masyarakat masih melakukan ritual di kawasan Cepuri.
Tempat ini dianggap pertemuan antara Ratu Kidul dengan Panembahan Senopati dan juga di Kawasan Pantai Parangkusumo yang dipercaya merupakan keratonnya Ratu Kidul.
Meski hanya sebuah cerita yang turun temurun, masyarakat tetap melakukan semedi di Pantai Parangkusumo.
Pada tahun 1973 ketika akan diberi limpahan jabatan dari ayahnya, mbah Nono Didampingi ayahnya melakukan semedi Pantai Parangkusumo.
Saat itu tiba-tiba air laut surut dan terlihat adanya sebuah kerajaan. Saat dia masuk, dari depan kerajaan terlihat seperti ada gerbang yang megah. Melewati gerbang terlihat bangunan seperti pendapa yang dilengkapi tiga tangga yang terbuat dari batu yang sangat indah dan sangat bersih.