Komunitas Longser Bandongmooi dan UPT Kebudayaan Jabar Gelar 'Juragan Kumed', Begini Ceritanya

- 25 Januari 2024, 12:46 WIB
Ilustrasi longser. Komunitas Longser Bandoengmooi kerjasama UPTD Pengelolaan Kebudayaan Daerah Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Jawa Barat, juga kolaborasi dengan SMA Islam Terpadu Raudhatul Jannah Cilegon Banten gelar pertunjukan seni longser berjudul Juragan Kumed, Rabu. 24 Januari 2024
Ilustrasi longser. Komunitas Longser Bandoengmooi kerjasama UPTD Pengelolaan Kebudayaan Daerah Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Jawa Barat, juga kolaborasi dengan SMA Islam Terpadu Raudhatul Jannah Cilegon Banten gelar pertunjukan seni longser berjudul Juragan Kumed, Rabu. 24 Januari 2024 /

JURNAL SOREANG - Komunitas Longser Bandoengmooi kerjasama UPTD Pengelolaan Kebudayaan Daerah Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Jawa Barat, juga kolaborasi dengan SMA Islam Terpadu Raudhatul Jannah Cilegon Banten gelar pertunjukan seni longser berjudul Juragan Kumed, Rabu. 24 Januari 2024 di Gedung Pusat Kebudayaan (GPK) Jawa Barat Jl. Naripan 7-9 Bandung.

Pengasuh Longser Bandoengmooi, Hermana HMT mengatakan, pertunjukan longser ini merupakan kali ketiga digelar di GPK dalam upaya menghidupkan gedung bersejarah tersebut.

Hal ini untuk pusat kegiatan seni dan budaya sekaligus menyediakan hiburan bagi masyarakat dan meningkatkan kunjungan pariwisata ke kawasan jalan Braga – Naripan Kota Bandung.

 

“Setiap bulan kami berharap bisa mengisi satu kali pertunjukan seni longser di GPK/YPK. Selain mengakrabkan, mempublikasikan dan mempromosikan seni longser pada masyarakat penyangganya sebagai tontonan teater tradisonal yang menghibur dan mengedukasi, juga ciptakan pariwisata dan ekonomi kreatif berbasis pertunjukan seni,” ujar Hermana.

Menurutnya, pertunjukan longser Juragan Kumed digarap berbeda dengan pertunjukan sebelumnya. Biasanya cerita disampaikan dengan bahasa Sunda, sekarang lebih dominan bahasa Indonesia.

Musik tidak lagi menggunakan gamelan salendro, tapi digarap dalam bentuk kolaborasi etnik atau campuran musik, lagu tradisonal dan modern.

“Alasan kami buat seperti itu diantaranya untuk mendekatkan seni longser pada generasi Z yang kurang menguasai bahasa daerah khususnya bahasa Sunda, pendengaran dan tontonnya lebih dominan seni modern dan kekinian. Setelah mereka akrab dalam bentuk yang ditawarkan diharapkan ke depan mereka lebih mudah mencintai seni longser yang orisinil tradisional,” ungkapnya.

Halaman:

Editor: Sarnapi


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x