Sampah dipilah dari sumbernya, sehingga pemerintah hanya mengelola residunya. Dan tentunya itu merupakan penggunaan aplikasi berbasis digital salah satunya, bank sampah se-Indonesia paling update bank sampah Kabupaten Ciamis.
"Nanti dipilih ditabung atau dijadikan
untuk sampah organik, alhamdulilah pengurangan perhari hampir 30 -38 persen. Jadi yang dibuang ke TPU residunya saja," ujarnya.
Jika pengelolaan penanganan sampahnya terus seperti itu, kaya Dia, maka kurang lebih Tempat Pembuangan Akhir (TPA) di Ciamis bisa menampung hingga 20 tahun ke depan. Dan persoalan sampah itu, setiap orang harus lebih menanamkan bahwa sampahmu masalahmu.
Dengan adanya bank sampah, masyarakat, menurutnya tidak hanya memiliki peluang untuk membangun kawasan permukiman yang bersih, nyaman dan berdisiplin dalam memilah dan mengelola sampah. Akan tetapi juga berpotensi untuk mendapatkan manfaat ekonomi langsung dari sampah.
"Pentingnya bank sampah dan pengelolaan sampah yang sesuai dengan prinsip 3R (Reuse, Reduce dan Recycle), yakni menggunakan kembali sampah untuk fungsi yang sama ataupun fungsi lainnya mengurangi segala sesuatu yang mengakibatkan sampah dan mendaur ulang sampah menjadi barang atau produk baru yang bermanfaat," tambahnya.
Dia juga berharap para penggerak lingkungan mau bekerja keras mengedukasi dan meyakinkan masyarakat, bahwa bank sampah adalah solusi yang efektif. Warga harus memandang sampah dengan cara berbeda serta membangun lingkungan yang bersih, sehat, nyaman dan bersahabat.
"Sampah harus dikelola diri sendiri, kewajiban pemerintah hanya mengatur regulasi, dan terkait pelaksanaan butuh kesadaran bersama. Alhamdulilah kenapa Ciamis bisa dianggap kondisinya bersih, kesadaran masyarakat lebih bagus ketimbang tetangga," ungkapnya.