Di atas Gunung Sawal, hampir rata-rata ditanami pohon pinus, padahal menurutnya, sifat pohon pinus itu tidak bisa menyimpan air ketika hujan sama dengan pohon kopi.
Sebab, pohon pinus itu mengandung lilin, ketika daunnya jatuh ke tanah, ia tidak akan hancur sampai bertahun-tahun, karena kandungan pada daun pinus itu adalah lilin.
"Akhirnya, ketika daun pinus sudah menumpuk di tanah, ketika hujan turun, air langsung mengalir ke kaki gunung, tidak terserap ke dalam tanah. Dan baru 1 bulan kemarau saja, masyarakat akan kesulitan air, karena sudah tidak ada serapan air di Gunung Sawal,'' jelasnya.
Baca Juga: 13 Ucapan Selamat Hari Cuci Tangan Pakai Sabun Sedunia 2023, Cocok untuk Dibagikan di Media Sosial
Contoh Desa Panjalu, menurut Dia, saat ini sudah drop air bersih, padahal letak Desa Panjalu itu ada di kaki Gunung Sawal. Beberapa bulan kemarau, karena dampak El Nino tahun 2023, serapan air dari Gunung Sawal sudah tidak naik.
Untuk itu, kata Dia, komunitas seperti PSL tidak bisa berdiri sendiri untuk menyelamatkan Gunung Sawal atas rusaknya ekosistem dan kerusakan alam, karena keterbatasan pengetahuan, materi, dan lain-lain.
"Ya, karena tadi, isu lingkungan ini, tanggung jawab semua pihak. Termasuk partai politik dan calon legislatif, karena mereka adalah wakil rakyat yang harus membantu menyelamatkan kerusakan alam, karena dampaknya tentu bagi masyarakat," tegasnya.
Menurutnya, selain dari birokrasi pemerintahan eksekutif dan legislatif, setiap solusi yang diambil pada isu lingkungan ada juga beberapa unsur yang terlibat, yaitu masyarakat, akademisi, lembaga usaha, media dan komunitas.***