Dampak El Nino 2023, 108 Hektare Pertanian di Kabupaten Ciamis Gagal Panen

- 18 September 2023, 15:58 WIB
Ilustrasi, petani yang sedang gagal panen
Ilustrasi, petani yang sedang gagal panen /Freepik/

JURNAL SOREANG - Ratusan hektare lahan pertanian yang tersebar di beberapa kecamatan Kabupaten Ciamis, Jawa Barat mulai merasakan dampak kekeringan akibat musim kemarau yang melanda saat ini.

Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Ciamis, Slamet Budi Wibowo mengatakan, musim kemarau yang tengah berlangsung saat ini mulai menunjukkan dampak signifikan bagi lahan pertanian warga.

Beberapa titik areal pertanian di beberapa wilayah Kabupaten Ciamis mulai terancam kekeringan pada musim kemarau tahun ini. Untuk itu, pihaknya mulai menginstruksikan para Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) tiap kecamatan untuk mengatur debit air irigasi saat mengairi area pertanian warga.

Baca Juga: Ternyata Ini Makna dari Simbol Cakra Rahayu Kencana yang Digunakan PNS di Ciamis

Ia menyebut, beberapa area pertanian yang menjadi perhatiannya antara lain di wilayah Kecamatan Banjarsari, Banjaranyar, Pamarican dan Cimaragas.

"Prediksi dari BMKG musim kemarau tahun ini hingga desember, dan puncaknya adalah bulan November. Tentunya dari dampak El Nino atau kemarau panjang ini sangat menghawatirkan," ucapnya, Senin 18 September 2023.

Untuk itu, pihaknya telah membuat semacam surat edaran untuk teman-teman petugas di lapangan di wilayah binaan (Wilbin) untuk antisipasi kemarau panjang ini.

Baca Juga: Bacaan Sholawat Nabi Ijazah Habib Umar Al Hafiz amalan Bulan Rabiul Awal, Lengkap dengan Terjemah!

Pertama, kata Dia, daerah yang sudah kekeringan dan tidak ada air, usahakan jika petani masih ingin menanam harus komoditas atau tanaman yang tidak terlalu membutuhkan air seperti palawija (jagung atau kacang-kacangan).

"Kedua, untuk wilayah yang masih ada air pompanisasi pengerahan yang ada, mengatur debit air saat mengairi area pertanian warga. Karena di daerah tertentu ada yang namanya gilir giring," ungkapnya.

Biasanya, kata Dia, lahan yang dilanda kekeringan itu sawah (tanaman padi). Sawah itu tidak mungkin bisa tanam di lahan tadah hujan. Kalau petani memaksa, dikhawatirkan akan rugi.

Baca Juga: 10 Tanda Sakit Perut Pada Anak yang Bisa Menandakan Adanya Permasalahan Kesehatan Serius

"Pengalaman tahun kemarin, banyak kejadian ketika mereka tetap garap sawah di musim kemarau gara-gara ada hujan dikit langsung menurunkan traktor, hasilnya jadi gagal panen (puso)," tegasnya.

Menurutnya, petani jangan khawatir karena petugas dari Dinas Pertanian selalu menginformasikan kapan jadwal tanam yang tepat. Dan untuk yang puso atau gagal panen, nanti akan ada bantuan benih.

Ia juga menyampaikan, tahun 2023 saat ini, hasil dari laporan petugas Pengendali Organisme Pengendali Tanaman (POPT) dari Provinsi Jawa Barat yang ditugaskan di Kabupaten Ciamis, ada 108 hektare pertanian yang gagal panen (puso) di tiga kecamatan. Di Kecamatan Banjarsari 55 hektare, Pamarican 52 hektare, dan Cimaragas 1 hektare.

Baca Juga: Memasuki Bulan Rabiul Awal 2024, ini Amalan Sholawat yang Dianjurkan di Bulan Maulud, Cek Bacaannya!

"Kemudian untuk kondisi yang berat, ada 86 hektare, sedang 103 hektare, dan ringan 18 hektare. Kondisi berat di Kecamatan Banjaranyar 25 hektare, Pamarican 60 hektare, dan Cimaragas 1 hektare," ujarnya.

Informasi tambahan, untuk 4 kriteria ringan, sedang, berat, dan puso, di antaranya:

1. Ringan: Termasuk kondisi pertanian masih aman.

Baca Juga: Setelah Jin dan J-Hope, Kini Suga Akan Tinggalkan BTS Untuk Ikuti Pelatihan Wajib Militer

2. Sedang: Ini juga masih termasuk aman, artinya potensi terselamatkan besar, tidak akan mendekati gagal panen, asalkan harus serius menangani.

3. Berat: Kondisi ini, petani haru serius menangani lahan pertaniannya dengan cara pompanisasi harus terus diusahakan, jika tidak ada air maka terancam puso atau gagal panen.

Halaman:

Editor: Kinanti Putri Rudiana


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x