Spirit Harganas dan HAN 2023 Tingkat Jabar, Peran Keluarga Pilar Pertama dan Utama Kunci Penanganan Stunting

- 27 Juli 2023, 08:42 WIB
Peringatan Harganas dan HAN 2023 Tingkat Jawa Barat, dilaksanakan untuk mensinergikan gerak dan langkah keluarga Indonesia dalam percepatan penurunan stunting. Juga sebagai sarana meningkatkan peran stake holders, para tokoh dan mitra strategis.
Peringatan Harganas dan HAN 2023 Tingkat Jawa Barat, dilaksanakan untuk mensinergikan gerak dan langkah keluarga Indonesia dalam percepatan penurunan stunting. Juga sebagai sarana meningkatkan peran stake holders, para tokoh dan mitra strategis. /Jurnal Soreang / Tenang Safari/Irfan HQ

JURNAL SOREANG - Harganas dilaksanakan untuk mensinergikan gerak dan langkah keluarga Indonesia dalam percepatan penurunan stunting. Dimana peran keluarga sebagai pilar pertama dan utama kunci penanganan stunting.

Juga sebagai sarana meningkatkan peran stake holders, para tokoh dan mitra strategis. Meningkatkan kinerja pengelola dan petugas program Bangga Kencana serta meningkatkan kepedulian keluarga Indonesia dalam pencegahan stunting.

Baca Juga: Siap Hadapi Musim Panas yang Mulai Terasa? Ini Dampak Hebat dengan Datangnya El Nino

Hal itu disampaikan Deputi Bidang Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi (KBKR) Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Eni Gustina yang hadir mewakili Kepala BKKBN Hasto Wardoyo di kegiatan Peringatan Hari Keluarga Nasional (Harganas) ke-30 dan Hari Anak Nasional (HAN) ke-39 Tingkat Provinsi Jawa Barat yang berlangsung Rabu 26 Juli 2023 di Alun-alun Paamprokan, Pantai Barat Pangandaran.

“Keluarga adalah pondasi karakter bangsa. Dalam keluarga itulah pendidikan karakter pertama anak didapatkan. Harganas ini dapat dijadikan wahana untuk meningkatkan kualitas hubungan antaranggota keluarga dan sekaligus berinteraksi langsung antaranggota keluarga dalam memperkuat ketahanan keluarga,” ungkap Eni.

Eni Gustina mengungkapkan lebih lanjut, hasil Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) menunjukkan 20,2 persen balita di Jawa Barat mengalami stunting pada tahun 2022. Prevalensi stunting di Provinsi Jawa Barat ini sudah menurun 4,3 persen dibandingkan hasil SSGI 2021 yang sebesar 24,5 persen.

Baca Juga: Harganas dan HAN 2023 Tingkat Jabar : Keluarga Bebas Stunting, Anak Terlindungi, Jabar Juara, Indonesia Maju

“Konsekuensi dari stunting ini bukan semata-mata persoalan terkait dengan panjang atau tinggi badan balita, namun jauh lebih kompleks. Dampaknya terhadap kualitas hidup balita di masa depan itu yang harus diperhatikan seperti munculnya risiko penyakit kronis, ketertinggalan dalam kecerdasan, serta akan kalah nantinya di dalam persaingan. Dampak negatif dari stunting ini harus segera diatasi, salah satunya dengan melakukan langkah preventif dari hulu yaitu sejak remaja dan calon pengantin, ibu hamil, ibu menyusui dan pada balita itu sendiri,” papar Eni.

Stunting dapat terjadi akibat anak kekurangan gizi terutama dalam periode 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK). Remaja yang kurang gizi dan anemia, ibu hamil yang kekurangan nutrisi, serta faktor sanitasi dan air minum yang buruk juga dapat meningkatkan risiko lahirnya bayi stunting.

Sebab itu, keluarga itu merupakan pilar pertama dan utama yang menjadi faktor kunci dalam mengatasi determinan terjadinya stunting. Keluarga harus memiliki kesadaran dan kepedulian untuk memprioritaskan asupan gizi dan pola pengasuhan anak yang baik dan benar pada anak.

Baca Juga: RAMALAN CINTA ZODIAK Cancer, Leo, Virgo 27 Juli 2023! Ada Waktu untuk Mengakhiri dan Memulai

Halaman:

Editor: Tenang Safari

Sumber: BKKBN Jabar


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x