Baca Juga: Tingkatkan Kewaspadaan, Polsek Kawali, Kabupaten Ciamis Gelar Koordinasi dengan RSU
Sebagai cinderamata kepada seorang pangeran dari Panjalu, Sayidina Ali memberikan sebilah pedang, pakaian kebesaran dan air zamzam kepada Sanghyang Borosngora.
Pedang pusaka dari Sayidina Ali ini sampai sekarang masih terpelihara, disimpan di Pasucian Bumi Alit dan disucikan atau dijamas pada setiap bulan Mulud (Rabiul Awal) dalam serangkaian upacara adat Nyangku.
Sedangkan air zamzam dari Mekkah dijadikan air bibit untuk membuat Situ (danau) Lengkong di Panjalu.
Saat ditumpahkan ke dalam danau Panjalu, ada beberapa tetes air yang berserakan hingga akhirnya berubah menjadi nusa atau pulau kecil di tengah danau.
Baca Juga: Klaim di reward.ff.garena, KODE REDEEM FF FREE FIRE Hari Ini Kamis 25 Mei 2023
Walhasil, ada satu nusa yang terbentuk yang diberi nama Nusa Larang, dan akhirnya dibangun sebuah keraton besar yang di dalamnya terdapat lokasi Kepatihan dan Paseban Keraton.
Kemudian Sanghyang Borosngora naik tahta sebagai Raja Panjalu menggantikan kakaknya Prabu Lembu Sampulur II, lalu membangun kaprabon di Nusa Larang, sebuah pulau di tengah-tengah Situ Lengkong.
Prabu Borosngora menurunkan dua orang putera yaitu Rahyang Kuning (Hariang Kuning) dan Rahyang Kancana (Hariang Kancana), di hari tuanya sang prabu lengser kaprabon dan menjadi mubaligh, menyiarkan agama Islam di Jampang (Sukabumi).