Sejarah Kuda Renggong
Berdasarkan cuplikan sejarah lahirnya Kesenian kuda renggong sendiri muncul pertama kali di desa Cikurubuk, Kecamatan Buah Dua, Kabupaten Sumedang. Dimana ini adalah hasil sebuah karya dari seorang abdi dalem Bupati Sumedang yang bertugas memelihara kuda.
Di dalam perkembangannya, Kuda Renggong mengalami perkembangan yang cukup baik, sehingga tersebar ke berbagai desa di beberapa kecamatan di luar Kecamatan Buah Dua. Dewasa ini, Kuda Renggong menyebar juga ke daerah lainnya di luar Kecamatan maupun Kabupaten Sumedang.
Baca Juga: Cek Fakta: Benarkah Jus Jambu Dapat Obati Demam Berdarah? Simak Penjelasan Medisnya
Menurut penuturan Uwa Atang (pimpinan grup Kuda Renggong di Desa Lebak Jawa, Cilembu), bahwa pertunjukan Kuda Renggong dilaksanakan setelah anak sunat selesai diupacarai dan diberi doa dengan berpakaian salah satu tokoh pewayang yakni Gatotkaca. Kemudian dinaikan ke atas kuda Renggong lalu diarak meninggalkan rumahnya berkeliling, mengelilingi desa.
“Jadi Kuda Renggong téh ditampilin sesudah anak sunat diberi doa, terus diupacarai, si anak pake baju tokoh wayang yaitu Gatotkaca, udah gitu dibawa pake Kuda Renggong keliling desa,” Ujar Uwa Atang, selaku pimpinan dan pendiri dari Lingkung Seni Kuda Renggong, Desa Cilembu, Sumedang pada wawancara, selasa 7 Februari 2023.
Pada awalnya, kesenian Kuda Renggong ini dipertunjukan kepada masyarakat Sumedang pada saat keluarga dari Bupati Sumedang, yakni yang bernama Kanjeng Pangeran Suriaatmaja yang pada saat itu memerintah sekitar pada tahun 1887-1919 yang dimana mengadakan helaran untuk acara khitanan putranya. Semenjak heralan itu dilaksanakan, Kesenian Kuda Renggong ini menjadi sebuah tradisi bagi masyarakat Sumedang untuk upacara khitanan.
Pada tahun 1970-an, Kesenian Kuda Renggong ini dijadikan salah satu kesenian khas Sumedang yang dimana telah menjadi salah satu bagian dari upacara penyambutan kehormatan para gegeden (pejabat) yakni Bupati, Gubernur, Menteri, dan Pejabat penting lainnya yang datang ke Sumedang.
“Dulu mah Kuda Renggong téh diadakan untuk acara-acara gegeden, seperti bapak Bupati, Gubernur, sama pejabat-pejabat penting lah neng,” Ujar Atang.