Melihat Pameran Tunggal Karya William Robert: Jendela Seribu Pintu, Refleksi di Balik Pandemi

- 15 Oktober 2022, 17:40 WIB
Perupa William Robert menggelar pameran tunggalnya dengan tajuk Jendela Seribu Pintu pada tanggal 12 hingga 21 Oktober 2022 di Galeri Pusat Kebudayaan, Bandung.
Perupa William Robert menggelar pameran tunggalnya dengan tajuk Jendela Seribu Pintu pada tanggal 12 hingga 21 Oktober 2022 di Galeri Pusat Kebudayaan, Bandung. /Istimewa /

Salah satu yang dicatat oleh Aa Nurjaman, kurator pameran dalam tulisannya menegaskan bahwa karya-karya William Robert lukisan abstrak William Robert merupakan ungkapan pengalaman batinnya ketika hampir tiap hari menatap keluar dari balik jendela studionya.

Baca Juga: Hari Ini Hari Lahir Bu Kasur, Seniman dan Pejuang Pendidikan, Pernah Jadi Guru bagi Guruh dan Megawati

Terutama ketika tak bisa bersosisalisasi dengan masyarakat sekitarnya karena wabah Covid 19 sedang merajalela.

Analisis yang paling tepat menurut pendapat Aa Nurjaman adalah analisis pengalaman yang oleh Edmund Husserl disebut fenomologi, karena yang jadi fokus dari karya-karya William Robert adalah pengalamannya itu.

Dalam fenomologi Husserlian disebutkan bahwa pengalaman adalah kenyataan pertama yang paling mendasar, yang kemudian dirasakan dan diimajinasikan pada tingkat pra-reflektif dan pra-teoretis.

Pengalaman William Robert termasuk pengalaman lebenswelt, sebagai pengalaman disampaikan kepada kita melalui warna.

Baca Juga: Wow Ternyata Bukan Hanya Seorang Seniman! Mengenal Sosok Leonardo Da Vinci

Pada pameran tunggal William Robert yang akan berlansung selama 10 hari ini, Aidil Usman selaku Ketua Komite Seni Rupa Dewan Kesenian Jakarta yang juga jadi penulis dalam pameran ini membuat beberapa catatan yang bisa kita cermati atau telaah lebih lanjut .

Dalam salah satu penggalan tulisannya Aidil Usman menulis, “ William Robert seperti layaknya penyair dengan cara memvisualkan warna sebagai puisi dengan kekuatan metafor yang terpilih. Puisi yang mendentum dalam kekuatan bathin, tidak perlu menggunakan pengeras suara untuk berteriak lantang untuk didengar, cukup dirasakan. Dengan itu karyanya akan mengajak kita mengalami kondisi yang katarsis untuk tidak harus dituntut untuk paham dan mengerti, akan tetapi cukup dirasakan dan dinikmati.”***

Halaman:

Editor: Sarnapi


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah