Bukan Hanya Covid-19 Saja, Masyarakat Kota Cimahi Juga Harus Waspada DBD

- 21 April 2021, 16:55 WIB
Petugas melakukan proses Fogging sebagai upaya pencegahan penyakit DBD. /Cimahikota.go.id.
Petugas melakukan proses Fogging sebagai upaya pencegahan penyakit DBD. /Cimahikota.go.id. /

JURNAL SOREANG - Dinas Kesehatan Kota Cimahi mengungkap data kasus Demam Berdarah Dangue (DBD) yang fatality rate-nya terus mengalami kenaikan.

Kepala Seksi Pengendalian dan Pemberantasan Penyakit Menular pada Dinas Kesehatan Kota Cimahi Romi Abdurahkman melalui staffnya Eka Febriana membeberkan, warga Kota Cimahi yang terkena DBD tahun ini sudah mencapai 37 kasus, 4 di antaranya meninggal dunia.

"Untuk kasusnya memang tidak tinggi, tapi memang fatality rate-nya naik. Sudah 4 pasien yang meninggal," ungkap Eka, sebagaimana dikutip dari laman cimahikota.go.id yang diunggah pada Selasa, 20 April 2021.

Baca Juga: Ini Syarat dari Pemkot Cimahi Apabila Pedagang Takjil Ramadan Ingin Berjualan

Baca Juga: Dorong Kesiapan Sekolah Gelar PTM Terbatas, Kemendikbud Evaluasi Isi Daftar Periksa

Eka memaparkan rinciannya, yakni Januari 9 orang, dimana 1 di antaranya meninggal dunia. Kemudian Februari ada 16 kasus, 2 di antaranya meninggal dunia, dan Maret ada 12 kasus, 1 di antaranya meninggal dunia.

Angka kematian akibat sengatan nyamuk Aedes Aegypti itu menyamai jumlah tahun lalu, dimana sepanjang tahun 2020 ada empat pasien meninggal dari total 428 warga Cimahi yang terkena DBD.

Untuk menekan fatality rate DBD, Dinkes Kota Cimahi mengimbau para orang tua untuk membawa anaknya ke fasilitas kesehatan terdekat jika sudah mengalami gejala.

"Sebab jika terlambat diperiksa, akibatnya bisa fatal," sambung Eka.

Akan tetapi, keengganan orang tua untuk membawa anaknya yang bergejala DBD menjadi tantangan tersendiri bagi Dinkes Kota Cimahi.

Baca Juga: Masa Pancaroba, BMKG dan Diskar PB Kota Bandung Minta Warga Lakukan Ini

Baca Juga: Dampak Negatif Satu Tahun PJJ, Banyak Siswa dan Guru yang Stres

Eka menyebutkan, secara tidak langsung, Covid-19 turut menjadi penyebab orang tua menjadi ragu membawa anaknya ke fasilitas kesehatan karena takut anaknya terkena Covid-19.

"Orang tua ragu membawa anaknya karena takut Covid. Jadi dibawa ke rumah sakit setelah gejalanya memburuk, padahal ternyata DBD. Ada juga yang punya penyakit penyerta," ungkap Eka.

Eka amat menyayangkan pola pikir seperti ini dan tentunya harus menjadi pembelajaran bagi semua orang tua, dimana ketika anak sudah merasakan gejala DBD seperti demam, mual dan sebagainya untuk segera membawanya ke fasilitas kesehatan.

"Jadi jangan sampai ketika anaknya sudah memburuk, baru dibawa ke fasilitas kesehatan. Dari awal harus segera diperiksakan," tegas Eka.

Lebih jauh Eka menjelaskan, Kota Cimahi merupakan daerah endemis DBD, yang artinya selalu ada temuan setiap tahunnya.

"Memang Cimahi ini setiap tahunnya selalu ada kasus DBD, jadi kita endemis," ujar Eka.

Jadi, lanjutnya, bukan hanya virus corona saja yang mesti diwaspadai, akan tetapi juga DBD.

Untuk mengantisipasi penyebaran DBD, Eka mengingatkan masyarakat tetap harus menjalankan Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik yang bertugas untuk melakukan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) di rumahnya masing-masing.

Karena jentik nyamuk biasanya berkembangbiak dalam genangan-genangan air, apabila masyarakat menjalankan PSN di rumahnya masing-masing, kasus DBD pun bisa dicegah.

"Bukan cuma rumah, tapi juga di halaman sekitar rumah. Soalnya saat ini kalau bukan kita sendiri melakukan PSN, tidak akan ada yang periksa. Jadi periksa jentik di rumah sendiri," terang Eka.

Untuk fogging, akan tetap dilakukan berdasarkan hasil verifikasi petugas Puskesmas di lapangan.

Selain itu, tahun ini pihaknya membagikan larvasida serbuk dan cair di wilayah yang terdapat kasus DBD untuk memberantas nyamuk Aedes Aegypti. ***

Sumber: cimahikota.go.id

Editor: Sam

Sumber: cimahikota.go.id


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah