Gunung Tangkuban Parahu Hembuskan Gas putih, Ini Penjelasan PVMBG dan Himbauan untuk Masyarakat

13 Februari 2022, 10:47 WIB
Gunung Tangkuban Parahu hembuskan gas putih. /Foto: Twiter @PVMBG_///

JURNAL SOREANG - Aktivitas Gunung Api Tangkuban Parahu mengalami peningkatan pada Sabtu 12 Februari 2022.

Dimana terjadi hembusan gas dari Kawah Ecoma yang berada di dalam Kawah Ratu Gunung Tangkuban Parahu.

Dalam rilis di laman resmi Badan Geologi vsi.esdm.go.id, Minggu 13 Februari 2021, hembusan gas berwarna putih di Gunung Tangkuban parahu ini tekanannya sedang dengan tinggi sekitar 100 m dari dasar kawah.

Hembusan gas yang terjadi diduga akibat adanya air bawah permukaan atau air yang meresap ke bawah permukaan, yang terpanaskan oleh batuan panas di bagian dangkal dibawah permukaan kawah dan membentuk akumulasi uap air (steam) bertekanan tinggi.

Baca Juga: Skema Jahat Dibalik Flexing, Pamer Kekayaan Affiliator Binary Option

Hal ini mengakibatkan terjadi "over pressure" dan keluar melalui rekahan sebagai zona lemah, berupa hembusan yang cukup kuat.

Hembusan berwarna putih tersebut mengindikasikan di dominasi oleh uap air. Dinamika aktivitas vulkanik di dekat permukaan seperti ini dapat terjadi karena adanya perubahan kesetimbangan energi yang berasal faktor internal maupun eksternal.

Faktor internal berasal dari tekanan uap magma yang naik dari kedalaman. Faktor eksternal dapat berasal dari curah hujan dan tingkat evaporasi/penguapan.

Sementara kegempaan Gunung Tangkuban Parahu selama 1 Januari - 11 Februari 2022 ditandai dengan terekamnya dua kali Gempa Vulkanik Dangkal, satu kali Gempa Frekuensi Rendah, serta 80 kali Gempa Hembusan.

Baca Juga: Diduga Ada Kerugian Negara Rp362,6 Triliun, KLHK Harus Beberkan Perusahaan Pemegang Izin Konsensi Hutan

Dominasi Gempa Hembusan selama periode tersebut menunjukkan adanya aktivitas hydrothermal di bawah tubuh gunung api.

Energi gempa yang dicerminkan oleh grafik RSAM (real-time seismic amplitude measurement) berfluktuatif dan tidak menunjukkan adanya pola kenaikan pada akhir periode pengamatan.

Pengamatan deformasi dengan menggunakan EDM (Electronic Distance Measurement) tidak menunjukkan adanya gejala inflasi (penggembungan akibat kenaikan fluida) pada tubuh gunung api.

Potensi bahaya dari aktivitas Gunung Tangkuban Parahu saat ini dapat berupa erupsi freatik yang bersifat tiba-tiba tanpa didahului oleh gejala peningkatan aktivitas vulkanik yang jelas, menghasilkan material piroklastik serta gas-gas vulkanik konsentrasi tinggi di sekitar kawah.

Baca Juga: Proliga 2022: Dua Pertandingan Hari Ini Terpaksa Ditunda Gegara Covid-19

Sementara itu, hujan abu yang lebih tipis dapat menjangkau area yang lebih luas bergantung pada arah dan kecepatan angin.

Namun demikian, mengacu pada data pemantauan visual dan instrumental di atas, maka potensi bahaya Gunungapi Tangkuban Parahu saat ini masih terlokalisir di dalam kawah dan potensi erupsi besar belum teramati.

Saat ini tingkat aktivitas G. Tangkuban Parahu ditetapkan pada Level I (Normal), dengan rekomendasi agar masyarakat tidak turun ke dasar Kawah Ratu dan tidak mendekati/beraktivitas di sekitar kawahkawah aktif lain yang berada di G. Tangkuban Parahu.

Tingkat aktivitas ini akan dievaluasi kembali selama dua hingga tiga hari ke depan untuk antisipasi jika terjadi gejala pengingkatan aktivitas vulkanik yang signifikan.

Baca Juga: Diperingati Sebagai Hari Kasih Sayang, Inilah Sejarah Singkat Asal Usul Hari Valentine

Masyarakat agar mematuhi rekomendasi yang dikeluarkan oleh Badan Geologi melalui Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, serta tidak terpancing oleh berita-berita yang tidak benar dan tidak bertanggungjawab mengenai aktivitas G. Tangkuban Parahu.***

Editor: Sam

Sumber: vsi.esdm.go.id

Tags

Terkini

Terpopuler