Pemerintah Belanda Runtuh Karena Kebijakan Imigrasi, Mark Rutte: Anggota Partai Koalisi Tidak Sependapat

- 8 Juli 2023, 10:16 WIB
Mark Rutte pada konferensi pers dengan Presiden Prancis Emmanuel Macron selama kunjungan kenegaraan Macron ke Belanda
Mark Rutte pada konferensi pers dengan Presiden Prancis Emmanuel Macron selama kunjungan kenegaraan Macron ke Belanda /Reuters

JURNAL SOREANG - Pemerintah Belanda runtuh pada Jum'at 7 Juli 2023, setelah gagal mencapai kesepakatan tentang kebijakan membatasi masuknya imigran asing, sehingga membuka jalan bagi pemilihan umum (PRU) di musim gugur.

Krisis dimulai sebagai akibat dari desakan partai VVD konservatif Perdana Menteri Mark Rutte untuk membatasi masuknya pencari suaka ke Belanda, yang tidak didukung oleh dua dari empat partai koalisi yang membentuk pemerintahan.

"Bukan rahasia lagi bahwa anggota partai koalisi tidak sependapat tentang kebijakan imigrasi terkait migran asing dan pencari suaka." katanya dalam konferensi pers yang disiarkan di televisi.

Baca Juga: Mantan Kiper Manchester United, Edwin Van der Sar Dilarikan ke Rumah Sakit Karena Pendarahan Otak

"Sayangnya, sekarang telah mencapai titik di mana perbedaan pendapat terlalu lebar dan saya akan menginformasikan kepada Raja pengunduran diri seluruh Kabinet," lanjutnya

Pemerintah koalisi Rutte akan terus berfungsi sebagai pemerintahan sementara sampai pemerintahan baru dibentuk setelah pemilihan umum, yang biasanya memakan waktu berbulan-bulan di Belanda.

Kantor berita ANP mengutip komisi pemilihan nasional mengatakan pemilihan umum tidak akan diadakan sebelum pertengahan November.

Ketegangan meningkat minggu ini karena Rutte menuntut dukungan atas proposalnya untuk mengontrol masuknya anak-anak pengungsi perang yang sudah berada di Belanda, meninggalkan keluarga mereka menunggu setidaknya dua tahun sebelum dipersatukan kembali.

Baca Juga: Puncak Gunung Merapi diguncang 1.800 Kali Gempa Selama Sepekan

Belanda memiliki salah satu kebijakan imigrasi paling ketat di Eropa, tetapi jumlah permohonan suaka di negara itu melonjak tahun lalu menjadi lebih dari 46.000 permohonan.

Pemerintah Belanda juga memperkirakan jumlahnya akan meningkat di atas 70.000 tahun ini, melampaui rekor tertinggi yang tercatat pada tahun 2015.

Perkembangan tersebut meningkatkan tekanan pada fasilitas dasar bagi mereka yang menerima perlindungan politik selama berbulan-bulan tahun lalu.

Banyak dari mereka terpaksa tidur di tempat terbuka tanpa akses ke air minum bersih dan fasilitas kebersihan pribadi atau perawatan kesehatan.

Baca Juga: Riset UIN Bandung : Ternyata Warga Majalengka Bisa Bahagia dengan Cara Mudah Ini

Tahun lalu, Rutte mengaku sangat 'malu' dengan permasalahan yang muncul terkait kesejahteraan para imigran asing.

Apalagi setelah organisasi kemanusiaan Medecins sans Frontieres mengirimkan timnya ke Belanda untuk membantu memenuhi kebutuhan medis kelompok yang terlibat dalam aksi tersebut.

Setelah itu, Rutte berjanji akan memperbaiki situasi di pusat, terutama mengurangi masuknya pengungsi ke Belanda.

Namun, ia gagal mendapatkan dukungan dari koalisinya yang menganggap kebijakan tersebut berlebihan.

Baca Juga: Kejuaraan Eropa U-21 : Inggris Diprediksi Seri 2-2 Lawan Spanyol, Lalu Menang Adu Penalti, Trafford Kuncinya ?

Rutte adalah pemimpin terlama dalam sejarah Belanda sejak Januari 2022, masa jabatan keempat pemerintahannya berturut-turut sejak pertama kali menjadi Perdana Menteri pada Oktober 2010.

Ia juga menteri paling senior di Uni Eropa (UE) setelah pemimpin Hungaria, Viktor Orban, dan diperkirakan akan terus memimpin partai VVD dan memenangkan pemilihan umum berikutnya.***

Editor: Rustandi

Sumber: Reuters


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah