Murid Mariia Chaikina berkata: “Jauh lebih mudah hidup berperang dengan teman-teman anda, dengan seseorang yang dapat mendukung dan dengan seseorang yang memahami anda. Karena saya pikir hanya orang Ukraina yang bisa mengerti saya sama sekali.”
Menurut PBB, sekitar 1,5 juta anak di Ukraina berisiko mengalami gangguan stres pascatrauma, depresi, kecemasan, dan kondisi kesehatan mental lainnya.
World Vision memperkirakan sekitar 25 persen anak-anak tidak memiliki akses ke sekolah.
Direktur respons negara World Vision Ukraina, Catherine Green mengatakan: “Begitu anda memiliki anak-anak yang tidak bersekolah, efek lanjutannya signifikan dalam hal kesehatan mental dan kesejahteraan psikososial mereka, dalam hal pembelajaran berkelanjutan mereka, dalam hal kemampuan berkelanjutan mereka untuk berkontribusi pada pembangunan kembali negara ini begitu perdamaian tiba.”
Dengan jutaan pengungsi Ukraina, banyak anak dipaksa untuk melanjutkan studi mereka di komunitas baru dan seringkali dalam bahasa baru, kata pengamat.
Pendidik mengatakan siswa dapat beradaptasi dengan cepat dengan keadaan luar biasa ini, tetapi mereka berharap pelajaran ketahanan ini segera berakhir.***
Ikuti dan share di media sosial Google News Jurnal Soreang , FB Page Jurnal Soreang, YouTube Jurnal Soreang , Instagram @jurnal.soreang dan TikTok @jurnalsoreang