Namun berbeda dengan Nasi Padang yang di Indonesia harganya rata-rata sudah mencapai Rp15 ribu, Nasi Katok Brunei ternyata jauh lebih murah, hanya Rp10 ribu.
Berdasarkan cerita yang beredar di kalangan warga Brunei sendiri, nama nasi katok berawal dari sebuah keluarga warga keturunan Tionghoa yang berjualan nasi kecil-kecilan di rumahnya di Low San Flat, Mabohai pada 1960an.
Baca Juga: Pakai Kostum Aneh, Inilah 4 Pasukan Elite yang Paling Menyeramkan di Dunia, Nomor 3 dari Indonesia
Awalnya, keluarga tersebut menjual paket nasi lemak dengan ikan bilis dan sambal, dengan harga murah, sekitar 60 sen Brunei atau sekitar Rp6 ribu.
Tak heran jika nasi tersebut laris manis dan menjadi favorit warga sekitar sampai akhirnya menyebar luas dari mulut ke mulut.
Namun warga yang ingin membeli nasi tersebut, harus datang langsung ke rumah keluarga penjualnya dan harus mengetuk pintu terlebih dulu.
Baca Juga: Pakai Kostum Aneh, Inilah 4 Pasukan Elite yang Paling Menyeramkan di Dunia, Nomor 3 dari Indonesia
kata 'ketuk' dalam Bahasa Brunei juga tak berbeda jauh dari Bahasa Indonesia tak baku, yaitu 'ketok'.
Namun entah bagaimana awalnya, seorang warga yang pertama kali menyebarluaskan nama nasi tersebut salah mengucapkan Nasi Ketok menjadi Nasi Katok.
Sejak itulah paket nasi dan lauk murah meriah itu dinamai Nasi Katok, serta menjadi makanan sejuta umat di Brunei Darussalam.***