Jelang Kematian, Raja Iskandar Agung Siap Lelang Semua Rampasan Demi Bertemu dengan Ibunya, Ini Kisah Pilunya

- 28 Desember 2021, 16:14 WIB
Ilustrasi Raja. Raja Iskandar Agung yang menangis ingin bertemu ibunya. Tangkapan layar YouTube/@ASISIChannel
Ilustrasi Raja. Raja Iskandar Agung yang menangis ingin bertemu ibunya. Tangkapan layar YouTube/@ASISIChannel /

Perhitungan mereka menunjukkan bahwa hidupnya tidak akan lama lagi. Bahkan, sudah hampir mendekati akhir. Mereka tidak mau berdusta, tapi mengungkapkan kebenaran akan membahayakan jiwa mereka.

Baca Juga: Kebesaran Raja di Indonesia, 4 Negara Ini Bangga Jadi Keturunan Kerajaan Sriwijaya

“Wahai, Maharaja!” kata astrolog paling senior kepada penakluk yang agung itu setelah lama mempertimbangkannya, “perhitungan kami menunjukkan bahwa Baginda tidak akan mati sebelum tanah menjadi besi dan langit menjadi emas.”

“Aha!” pikir Iskandar, “Mukjizat seperti itu akan memerlukan waktu berabad-abad untuk terjadi. Mungkin aku tidak akan mati.”

Tetapi, ketika ia berjalan ke arah Barat menuju Persia, ia terjangkit oleh penyakit malaria yang parah sewaktu melewati gurun Seistan yang sekarang termasuk wilayah Afganistan sebelah Barat Daya.

Baca Juga: Fakta Unik Thailand Pimpinan Raja Vajiralongkorn, Bertemu Indonesia di Final Piala AFF

“Aku sekarang demam,” kata Iskandar kepada perdana menterinya yang berjalan beberapa mil lagi,” katanya. “Di sana kami akan dapat mencari pohon yang teduh di mana Paduka akan dapat berteduh dan beristirahat.”

Mereka meneruskan perjalanan melewati gurun yang gersang itu di bawah terik matahari.

Tetapi setelah berjalan dua atau tiga mil lagi, Iskandar menjadi begitu lemah sehingga ia tidak dapat berjalan lagi. Setelah turun dari kudanya, ia merebahkan diri di tanah yang panas sambil terengah-engah.

Sang menteri yang cemas itu hanya mempunyai satu tujuan, yaitu memberikan kenyamanan kepada rajanya dan melindunginya dari terik matahari.

Baca Juga: Meski Disebut Sang Penakluk Dunia, Raja Iskandar Agung Menangis Seperti Anak Kecil, Begini Kisahnya

Untuk membuat alas yang empuk sebagai pembaringan sang raja, ia melepaskan bajunya yang terbuat dari besi berlapiskan empatpuluh lapis kain sutra untuk melindungi pemakainya terhadap tusukan pedang seperti yang lazim dilakukan pada zaman itu.

Ia menebarkannya di tanah dan Iskandar tidur di atas kasur sutra yang empuk itu. Sang menteri kemudian memegang perisainya di atas wajah sang raja untuk mengayominya dari sinar matahari.

Ketika ia menjadi lemah karena demamnya dan berguling-guling dalam kegelisahannya, Iskandar sempat menengadah dan melihat perisai sang menteri. Ia melihat perisai itu dihiasi garis-garis yang terbuat dari emas, lalu ia ingat akan ramalan sang astrolog.

Halaman:

Editor: Sarnapi

Sumber: Buku Tales Of The Mystic East


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah