JURNAL SOREANG - Mendaki gunung adalah kegiatan yang cukup digemari banyak orang. Bahkan tak sedikit yang rela pergi jauh ke sebuah daerah demi mendaki gunung.
Berbicara soal gunung, seluruh pendaki di dunia pasti memimpikan ingin mendaki puncak gunung tertinggi di dunia, Everest namanya.
Gunung yang berada di Nepal ini merupakan gunung tertinggi di dunia dengan ketinggian puncaknya mencapai 8848 m.
Baca Juga: Tempat Wisata yang Wajib Dikunjungi di Tegal, Nomor 1 Paling Terkenal
Di balik pesonanya yang mengagumkan, Gunung Everest ternyata juga menyimpan berbagai misteri yang belum banyak orang tahu.
Berikut daftar tujuh fakta menarik Gunung Everest yang telah dirangkum Jurnal Soreang dari berbagai sumber :
1. Zona Kematian
Ketika anda mendaki Gunung Everest tak ada jaminan bakal selamat, meski sudah terbiasa mendaki dan memiliki fisik prima sekalipun belum bertahan dari ganasnya alam di Gunung Everest.
Di ketinggian 4.000 kaki sebelum puncak, terdapat wilayah yang disebut dengan “zona kematian”, karena di sanalah banyak pendaki yang kehilangan nyawa mereka.
Oksigen sangat tipis pada ketinggian ini, pendaki kemungkinan dapat menderita stroke, serangan jantung, atau cairan yang menumpuk di paru-paru, hingga yang paling parah yaitu berujung kematian.
Baca Juga: Robert Alberts Beri Penilaian pada Ketiga Kapten Persib Bandung, Simak Penilaiannya!
2. Mayat Abadi
Everest adalah kuburan raksasa bagi ratusan jasad yang bersemayam di sepanjang jalur pendakiannya.
Mayat-mayat itu banyak yang ditinggalkan begitu saja lantaran sulitnya medan pendakian jika harus membawanya pulang.
Jasad-jasad para pendaki dari seluruh dunia itu terawetkan secara alami lantaran selalu dikelilingi cuaca yang dingin.
Salah satu mayat yang terkenal adalah jasad dari seorang laki-laki berusai 28 tahun bernama Tsewang Paljor atau dijuluki 'green boots' karena sepatunya yang hijau.
Tsewang Paljor adalah seorang polisi perbatasan India-Tibet yang meninggal pada 10 Mei 1996 dan hingga kini mayatnya bisa dilihat setiap pendaki di Gunung Everest.
3. Asal nama Gunung Everest
Nama gunung diambil dari peneliti asal Inggris bernama George Everest yang pertamakali menyelidiki hitungan trigonometrinya pada 1806-1843 dan berhasil menemukan puncak gunung tertinggi di Himalaya.
Baca Juga: Tiga Pemain Persib Bandung Sudah Kembali Bergabung, Siapa Saja? Simak Ulasannya
4. Nama asli Gunung Everest
Dahulu Gunung Everest diberi nama “Chomolungma” oleh masyarakat Tibet.
Artinya adalah ibu dewi alam semesta, ibu dewi bumi, atau dewi lembah
Namun orang Nepal menamai gunung tersebut dengan sebutan "Sagarmatha" yang berarti dahi surga.
5. Tinggi Gunung Everest bertambah setiap tahun
Para ilmuwan memperkirakan bahwa Gunung Everest sudah ada sejak 50–60 juta tahun lalu.
Usia yang muda dalam standar geologi, Gunung Everest terbentuk ketika lempeng tektonik India dan Eurasia bertabrakan.
Hal tersebut mendorong bebatuan yang membentuk gunung tersebut. Hingga saat ini, kekuatan tersebut masih terus mendorong puncak Everest sekitar seperempat inci lebih tinggi setiap tahunnya.
6. Pertamakali ditaklukan pada tahun 1953
Sir Edmund Hillary adalah orang berkebangsaan Inggris yang sukses mencapai puncak Everest pada tahun 1953.
7. Suku Sherpa
Suku Sherpa dikenal sebagai pemandu Gunung Everest dan ternyata pada tahun 1953, Sir Edmund Hillary ditemani oleh seorang Sherpa yang bernama Tenzing Norgay.
8. Daya Tahan Tubuh Kuat
Kemampuan bertahan di ketinggian ekstrem dengan oksigen yang tipis membuat Suku Sherpa menjadi pemandu yang tepat untuk memandi para pendaki Gunung Everest.
Dalam sebuah studi, dinyatakan bahwa kekuatan Suku Sherpa ada pada genetiknya. Ada mutasi yang membuat tubuh orang-orang Sherpa memiliki metabolisme yang lebih efisien dalam mengelola oksigen.
9. Sherpa Nggak Hanya Ada di Everest
Sherpa diketahui sebagai suku yang sering bepergian dari sekitar 600 tahun lalu mereka melintasi jalan dari Tibet Timur ke Desa Solukhumbu di Nepal.
Seiring berjalannya waktu, ketenaran Everest juga membuat kesuksesan Suku Sherpa itu sendiri.
Ada lebih dari 5.000 Sherpa sekarang tinggal di luar negeri, bahkan setengahnya ada di New York. Komunitas Sherpa juga dapat ditemukan di Inggris, Australia, dan Jerman.
10. Psikosis, Halusinasi di Ketinggian
Selain mengalami penyakit fisik, tak jarang pula pendaki mengalami juga penyakit mental. Salah satunya yaitu Psikosis.
Kondisi ini menjadikan pendaki mengalami delusi serta halusinasi yang membuat mereka bertingkah aneh untuk beberapa waktu.