Network
JURNAL SOREANG - Membicarakan Brunei Darussalam, sudah barang tentu tak dapat dipisahkan dengan sang sultan.
Sejak 4 Oktober 1967, negeri Petrodollar ini dipimpin oleh Sultan Hassanal Bolkiah. Hanya saja penobatan resminya baru digelar 10 bulan kemudian, yaitu pada 1 Agustus 1968.
Sebagai negeri Petrodollar, Brunei memang dikenal sebagai salah satu negeri kaya raya nan sejahtera dari Kawasan Asia Tenggara.
Baca Juga: 4.906 Pinjaman Online Ilegal Aksesnya Sudah Diputus Menkominfo
Bahkan, Sultan Bolkiah disebut-sebut sebagai salah satu raja terkaya sejagat, setidaknya di era monarki modern seperti sekarang ini.
Total kekayaan Sultan Bolkiah per 2020 lalu mencapai 28 miliar dolar Amerika Serikat, tepat satu tingkat di bawah Raja Thailand.
Selain dari hasil usaha eksploitasi gas alam dan minyak bumi, kabarnya negeri ini juga sukses memperkaya pundi-pundi keuangannya lewat investasi.
Baca Juga: Mantap! Victor Igbonefo Pastikan Persib Bandung Telah Siap Hadapi Persipura Jayapura
Brunei Investment Agency (BIA) yang didirikan Sultan Bolkiah sejak 1 Juli 1983 sukses mengembangkan jaringan bisnis negara diberbagai sektor usaha.
Mulai dari sektor keuangan hingga perumahan serta perhotelan mewah di berbagai penjuru dunia.
Di masa awal berdirinya, badan investasi yang bermarkas di Gedung Kementerian Keuangan Brunei di ibu kota negara Bandar Seri Begawan ini dipimpin oleh salah satu adik kesayangan sang sultan, yaitu Pangeran Jefri Bolkiah.
Baca Juga: Inilah Deretan Istri Pemain Sepak Bola Tercantik di Dunia, Salah satunya Penyanyi Terseksi
Kala itu Pangeran Jefri juga sempat dipercaya untuk menjabat sebagai menteri keuangan.
Namun sayang seribu kali sayang, adik kesayangan sang Sultan ini nyatanya terlena oleh godaan harta. Ia larut dalam kemewahan.
Kepercayaan sang Sultan ia sia-siakan begitu saja. Hingga tersiar kabar, kalau dirinya telah menggelapkan uang sebanyak 16 miliar dolar AS.
Baca Juga: Meski di Papan Bawah, Persib Bandung Tetap Menganggap Persipura Tim Kuat
Pangeran Jefri lantas dipecat dari jabatannya sebagai Menteri Keuangan oleh Sultan Hassanal Bolkiah.
Peristiwa itu diketahui terjadi pada tahun 1997 silam. Pemecatan Pangeran Jefri dari jabatannya berbuntut panjang.
Kapal pesiar sepanjang 150 kaki milik Pangeran Jefri, kabarnya disita oleh Sultan Bolkiah.
Tak berhenti di situ, aset lain milik Pangeran Jefri yang tersisa tak luput dari penyitaan.
Aset hasil sitaan itu kemudian dijual oleh Sultan Bolkiah, dalam lelang pada tahun 2001.
Setidaknya butuh waktu nyaris sepekan, untuk melelang aset hasil dari penyitaan tersebut.***
