Beksan Lawung Jajar ini menceritakan tentang keprajuritan, dan selalu ditampilkan dalam menyambut tamu agung di keraton.
Diiringi dengan Wiaga Gamelan khas Yogyakarta menambah semarak tarian.
Seluruh keluarga kerajaan dan rombongan Raja Malaysia menyaksikan gamelan dan tarian yang disuguhkan. Diakhir kunjungannya, rombongan dijamu di Bangsal Manis.
Baca Juga: Bukan Hanya Tugas Stiker, Pelatih Persib Bandung Robert Alberts: Cetak Gol Merupakan Tugas Tim
Terkait kunjungan Raja Malaysia, Sri Sultan Hamengkubuwono X tidak berkomentar banyak, menurutnya kunjungan kenegaraan pertama khusus ke Yogyakarta ini hanya silaturahmi.
"Gak bahas apa-apa, ya gak komentar apa-apa, memang hanya ngobrol saja karena istrinya kan sering ke sini, kedua, beliau (Raja Malaysia) pernah ketemu bersama saya tahun 1993," ujarnya dihadapan para wartawan selepas mengantar kepulangan Raja Malaysia dari keraton.
Lanjutnya, tanggapan Raja dan Permaisuri terhadap jamuan di keraton, bagus karena dijamu masakan tradisional. Untuk kebudayaan Jogja sendiri tanggapannya juga bagus, tadi melihat manuskrip, kemudian membatik.
"Kebudayaan Jogja sendiri ya tadi lihat manuskrip, kan tadi lihat batik juga ternyata bisa ibu membatik. Oleh-oleh untuk ibu permasuri hanya membatik saja nanti kalau sudah selesai dikirimkan," pungkasnya. ***