Network
JURNAL SOREANG – Teater kontemporer merupakan konvensi-konvensi lama yang ditandai dengan sebuah pembaruan dalam bentuk garap karyanya. Pembaruan ini meliputi sebuah gagasan, ide, penyajian, dan penggabungan konsep lama dan terbaru.
Menurut Sri Rustriyanti, Turyati, dan Utang Juhara dalam bukunya yang berjudul “Mencermati Seni Pertunjukan dari Berbagai Wacana” (2017:121-124), dinyatakan bahwa, Teater kontemporer adalah teater yang selalu menolak untuk tahu. Teater yang tidak ingin mengada-ngada.
Teater yang selalu membuat manusia lebih menyadari keadaan-keadaannya yang tak berdaya. Teater yang mengingatkan manusia pada dirinya sebagai noktah yang tak punya hak dan kekuatan, yang tak kekal, yang pasti suatu saat akan musnah.
Baca Juga: Lakukan Amalan ini di 10 Hari Terakhir Ramadhan, Pembebasan dari Api Neraka
Teater kontemporer yakni sebuah teater yang menampilkan peranan manusia bukan sebagai tipe melainkan sebagai individu.
Sebuah teater yang tak hanya melawan kekuasaan mutlak bahasa teater namun juga yang telah dapat pengesahan dalam pasar serta hati masyarakat luas.
Istilah lain dari teater kontemporer adalah teater eksperimental. Teater eksperimental merupakan teater kontemporer yang pada saat ini selalu dipentaskan, digaungkan, dan dinikmati oleh banyak orang.
Baca Juga: Jangan Lupa Doa Pelancar Jalan Rezeki Ijazah dari Mbah Moen, Amalkan saat Langit Masih Petang!
Walaupun pada dasarnya teater kontemporer ini sendiri berangkat serta terinspirasi dari teater tradisi dan modern itu sendiri. Akan segalanya yang telah bergerak mengikuti zaman, ini yang menyebabkan teater kontemporer hadir. Yakni sebuah perubahan sosial yang selalu dinamis.
Berbicara tentang teater kontemporer berarti sedang berbicara mengenai sebuah keinginan serta kemampuan.
Sebuah keinginan yang subjektif membuat kemungkinan teater kontemporer mestilah hadir ditengah-tengah masyarakat kota, dimana sebagai suatu ekspresi kesenian yang dapat fungsional/berfungsi dengan baik yang hadir dari masyarakat yang sedang mengubah pola yang ada.
Baca Juga: Harus Nyaman! Mudik Lebaran, Berikut 5 Kursi Kelas di Kereta Api, Kamu Pilih Yang Mana?
Teater kontemporer di Indonesia tidak hanya diisi serta dipengaruhi oleh tradisi barat. Namun tradisi timur lainnya. Yakni seperti, India, Cina, dan Jepang. Terutama oleh tradisi teater tradisional/rakyat Indonesia sendiri.
Pada era tahun 70 hingga 80, pencarian serta eksperimen ini berhasil menemukan bentuk baru. Bentuk baru tersebut yakni sebuah karya teater kontemporer yang sangat luas dan lebih lugas lagi dalam mengangkat isu-isu yang tidak masuk dalam akal, hingga dapat mengundang atensi luar biasa bagi sebagian orang.***
Ikuti terus dan share informasi Anda di media sosial Google News Jurnal Soreang, FB Page Jurnal Soreang, YouTube Jurnal Soreang, Instagram @jurnal.soreang, dan TikTok @jurnalsoreang
