Network
JURNAL SOREANG - BUMI PASUNDAN LAHIR SAAT TUHAN SEDANG TERSENYUM
Suasana pun terdiam sejenak setelah menceritakan Bumi Pasundan mulai dari membandingkan dengan Eropa, julukan yang unik hingga kekaguman para bangsawan Eropa kemari.
“Ayo opaku, lanjutkan lagi ceritamu indah itu!”, pintaku padanya penuh kesungguhan.
“Yang terkenal itu adalah Bandung dijuluki sebagai Paris van Java, Garut sebagai Swiss van Java, kenapa? Agar para bangsawan itu selama menjajaki dunia timur ini sebagai penggantinya Eropa ada di dunia timur khususnya bumi Pasundan tuk mengobati rasa kerinduan di negeri asalnya,” kata Opa.
“Oh begitu opa, bagaimana dengan kota-kota lainnya yang ada di tanah pasundan?” tanyaku.
“Sepanjang yang kutahu seperti kota Sukabumi dijuluki sebagai Nizza van Java karena terkenal aroma anggurnya, ini seolah ada kemiripan kota anggur terkenal di Prancis sana bernama kota Bordeaux, lalu Tasikmalaya dijuluki sebagai Bavarian van Java alias German van Java karena alamnya yang sejuk, dan Pangandaran sebagai Napoli van Java alias Italy van Java seolah mirip seperti pantai di Italia sana, kau tahu jika kupikir-pikir ini seolah Bumi Pasundan itu memang benar Eropanya dunia timur, karena peta Eropa itu posisi kita terletak diantara Swiss-German karena Bandoeng meski dikenal sebagai Paris van Java tetapi disatu sisi lebih kepada Geneve van Java, Geneve sebuah kota di negeri Swiss sana kemiripan akan panorama alamnya, meski penduduk pribumi itu sendiri belum pernah kesana dan ntah mengapa mereka menjuluki itu.”
“Lalu, apa julukan untuk Tjiandjoer dan Buitenzorg jika kota di bumi kita Pasundan ini adalah Eropanya dunia Timur?,” tanyaku.
Baca Juga: Mengejutkan! Thierry Henry Ungkap Siapa Cristiano Ronaldo Asli yang Sebenarnya
“Mungkin untuk Buitenzorg aku akan menjulukinya British van Java, karena sejarah yang terkenal ialah Kebun Raya Bogor yang didirikan oleh bangsa Inggris bernama Sir Thomas Raffles Stamford, dahulu kala pernah dijajaki oleh Inggris sebagai perebutan wilayah kekuasaan kolonial terhadap Eropa lainnya, tetapi akhirnya Belanda-lah yang memegang kendali,” kata opa seolah jawabannya mengingatkanku pada cerita papa yang pernah disampaikan.
