Seri Cerita In the Letter of Human Angel Messenger, Bumi Pasundan Lahir Saat Tuhan Sedang Tersenyum, Bagian 28

- 16 April 2022, 22:30 WIB
Ilustrasi Seri Cerita In the Letter of Human Angel Messenger, Bumi Pasundan Lahir Saat Tuhan Sedang Tersenyum, Bagian 28/instagram/@anakhumanangel
Ilustrasi Seri Cerita In the Letter of Human Angel Messenger, Bumi Pasundan Lahir Saat Tuhan Sedang Tersenyum, Bagian 28/instagram/@anakhumanangel /

Sungguh berbeda dengan kondisi sekarang. Melihat para Meneer yang tampan dan Mevrouw yang cantik, ingin rasanya aku seperti opa, bisa bermain bersama mereka dizamannya.

Lorong waktu berjalan menggerakan ragaku untuk berteriak pada orang-orang Belanda kala itu.

“Meneer, Mevrouw, Noni, siapapun kalian, dengarkan aku. Aku ingin ikut bersama kalian. Aku ingin kalian tetap ada di sini. Jangan pergi tinggalkan kami dan seluruh Tatar Sunda ini.”

Baca Juga: Piala Dunia 2022 Qatar jadi Piala Dunia Termahal dan Paling Mematikan dalam Sejarahnya, Ko Bisa? Ini Faktanya

Tetapi mereka tak melihatku bahkan tak bisa mendengarku. Aku terus mencoba mendekat, bahkan memegang mereka.

Namun tetap saja tak bisa kusentuh. Tiba-tiba saja rohku serasa ditarik ke duniaku saat ini sambil berteriak.

“Meneer, Mevrouw, tolong aku… Tolong kami!”
Sesaat aku pulih dari ruang dimensi lorong waktu, aku langsung menutup album foto tersebut. Kemudian kulihat-lihat benda-benda lain milik opa semasa kerjanya, seperti ranjang rumah sakit, suntikan, dan semua yang berkaitan dengan alat medis.

Aku bisa melihat dari benda tersebut, bahwa orang-orang kala itu para bangsawan Eropa yang mampir di tatar sunda ini sungguh ingin menolong masyarakat di tatar sunda.

Andai saja waktu bisa diputar ulang, ingin rasanya aku memperbaiki dan menyusun ulang apa yang telah terjadi. Kemudian aku berlari menyusul opa meminta diceritakan tentang masa mudanya.

BERSAMBUNG ***

Halaman:

Editor: Handri


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah