Oza Sadewo, salah satu pelaku artisan tea dan peraih penghargaan Golden Leaf Awards, menyampaikan potensi pasar teh Indonesia baik domestik maupun global masih sangat luas.
"Di domestik, teh menjadi hidangan default bagi sebagian besar masyarakat Indonesia dalam mengkonsumsi makanan," jelasnya.
Sayangnya, mayoritas teh yang dikonsumsi tersebut masih merupakan komoditas dengan grade yang cenderung rendah dengan nilai tambah yang juga terbatas.
Baca Juga: Suka Minum Teh Manis? Hati Hati Jangan Sampai Kebanyakan Karena akan Berdampak Buruk untuk Kesehatan
Kondisi tersebut juga sejalan dengan fakta bahwa lebih dari 51.000 Ha atau 45 persen kebun teh Indonesia merupakan kebun rakyat.
Maka disinilah peran penting para artisan tea Indonesia. Tanaman teh rakyat yang mayoritas berumur lebih dari 70 tahun dengan karakter rasa yang lebih matang tersebut, merupakan sumber bahan baku utama yang banyak diminati dan menjadi input produk teh artisan.
Para pelaku artisan tea sendiri berperan untuk mendongkrak nilai tambah teh tradisional Indonesia hingga memiliki nilai jual tinggi di pasar global.
"Sejalan dengan kebun teh rakyat yang menjadi mitra erat teh artisan, maka pengembangan teh baik di sisi hulu maupun hilir, termasuk penyelanggaraan JTF 2023, akan berdampak secara inklusif hingga ke para petani teh lokal," jelasnya.***