Toko Buku Gunung Agung Tutup Semua Tokonya Tahun Ini. Apakah Toko Buku Memasuki Era Senjakala?

- 27 Juni 2023, 12:42 WIB
Ilustrasi Toko Buku Gunung Agung akan tutup gerai
Ilustrasi Toko Buku Gunung Agung akan tutup gerai /Tangkapan layar Instagram @gunungagungkutabumi/

JURNAL SOREANG - Hal yang mengejutkan terjadi di industri perbukuan. Salah satu toko buku legendaris asal Indonesia, toko buku Gunung Agung tutup permanen per akhir tahun ini.

Dikutip Jurnal Soreang dari channel YouTube Dr Indrawan Nugroho, banyak faktor yang menyebabkan toko buku gulung tikar dan tutup permanen. Baik itu dari faktor internal, maupun faktor eksternal.

Salah satunya faktor eksternal adalah pandemi COVID-19. Buku bukan barang prioritas. Ini ditambah dengan pendapatan konsumen toko buku yang biasanya membeli buku menurun hingga penutupan toko buku kala itu karena menjual kebutuhan esensial. Survey dari IKAPI (Ikatan Penerbit Indonesia) menunjukkan bahwa hampir 60 persen pendapatnya menurun saat pandemi COVID-19. Hal ini mempengaruhi jumlah terbitnya buku di Indonesia. Di 2019, IKAPI mencatat 13757 buku yang terbit. Di tahun selanjutnya menurun 7382 buku.

Baca Juga: Hengkang dari Chelsea, Hakim Ziyech Resmi Susul Cristiano Ronaldo Gabung Al-Nassr, Begini Kata Fabrizio Romano

Faktor eksternal lainnya adalah literasi masyarakat Indonesia yang sangat rendah. Menurut studi yang dilakukan oleh UNESCO, hanya ada satu orang yang memiliki minat baca dari seribu orang di Indonesia. Studi itu diperkuat oleh penelitian oleh Perpustakaan Nasional pada 2017. Penelitian itu menyebut bahwa orang Indonesia hanya membaca buku 3-4 kaki dalam seminggu dengan durasi waktu yang tidak sampai satu jam per hari. Ini membuktikan bahwa dalam setahun buku yang dibaca sampai tuntas hanya 5-9 buku.

Faktor selanjutnya adalah kemajuan teknologi digital. Di jaman sekarang, mulai bermunculan buku elektronik (e-book). Sehingga penjualan buku secara fisik (buku berbasis kertas) semakin menurun. Perusahaan teknologi analisis data asal Prancis, ReportLinker, membuat laporan di 2020. Hasil laporannya bahwa pandemi COVID-19 menyebabkan nilai pasar penerbit buku menurun. Pada 2019, nilai pasarnya mencapai USD 92,8 miliar. Di 2020, nilai pasarnya menurun ke USD 85,9 miliar. Dan perkiraan pasar e-book akan tumbuh 2 persen dari 2020-2027.

Menurut Rosidayati Rozalina, Ketua Umum Pengurus Pusat Ikatan Penerbit Indonesia, hasil survei IKAPI membuktikan 85 persen masyarakat Indonesia lebih suka baca buku fisik. "Sampai saat ini, buku digital atau e-book masih menjadi pilihan, belum menggantikan buku fisik, Apalagi kebiasaan membaca itu emosional dan tiap orang punya referensi masing-masing, Yang penting akses pada buku bacaan, baik fisik maupun digital, tetap terbuka dan orang tetap punya minat baca yang tinggi," kata Rosidayati.

Baca Juga: Tes IQ: Yakin Cerdas! Buktikan Dengan Menebak Ada Berapakah Benda yang Ada Pada Gambar

Halaman:

Editor: Josa Tambunan

Sumber: YouTube Dr Indrawan Nugroho


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah