Kisah Kearifan Suku Badui yang Tak Pernah Kurang Pangan, Deddy Mulyadi: Pemerintah Harus Belajar dari Badui

- 5 Maret 2023, 21:07 WIB
Kisah Kearifan Suku Badui yang Tak Pernah Kekurangan Pangan, Deddy Mulyadi: Pemerintah Harus Belajar dari Suku Badui
Kisah Kearifan Suku Badui yang Tak Pernah Kekurangan Pangan, Deddy Mulyadi: Pemerintah Harus Belajar dari Suku Badui /Kabar Banten /Aldo Marantika

JURNAL SOREANG - Anggota DPR Komisi IV Deddy Mulyadi pernah membahas soal suku badui didalam rapat kerja bersama Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo.

Dalam rapat tersebut Deddy Mulyadi menjelaskan, meski suku Badui di Lebak Banten tidak memiliki Kepala Dinas Pertanian, tidak juga mendapatkan penyuluhan lapangan, namun suku Badui mampu memiliki varietas padi yang unggul dan berlimpah.

Penduduk Badui tidak memakai benih padi dari luar, benih yang digunakan berasal dari tanaman sebelumnya.

 Dikutip dari Jejak Pangan karya Andreas Marwoto, warga Badui meyakini gabah didalam lumbung mereka ada yang berusia sampai ratusan tahun.

Benih lokal yang dimiliki penduduk Badui mencapai 40 jenis, diantaranya pare koneng, pare salak, pare siang dan lain-lain.

Cara merawat padi juga dilakukan secara khusus, penduduk Badui memiliki ramuan yang fungsinya seperti pestisida, namun dibuat dari bahan alam yakni tanaman tamiang, cangkudu, gempol, lajak dan pacing tawa yang ditumbuk kemudian ditebarkan ke tanaman.

Baca Juga: Wow! Ada Seni Tradisional Badui di Qatar Inilah Fakta dari Tuan Rumah Piala Dunia 2022 yang Jarang Diketahui

Pemimpin adat suku Badui Luar menjelaskan bahwa bagi mereka padi memberi kehidupan, dan dianggap sebagai warisan leluhur yang harus dirawat.

Untuk itu, penduduk Badui melakukan banyak penghormatan yang dimulai sejak sebelum padi ditanam.

Padi tidak sembarangan ditanam, terlebih dahulu penduduk Badui akan membersihkan lahan sebelum ditanami, membuat penanggalan yang tepat secara adat dengan melihat posisi bintang, membakar lahan dengan upcara 'ngaduruk', dan mengadakan uoacara adat saat mulai menanam.

Penduduk Badui juga memiliki aturan ketat hari pantangan, tentang hari-hari apa saja penduduk diperbolehkan masuk ke "leuit" untuk mengambil gabah.

 Adanya hari pantangan bukan sekedar larangan biasa, lebih dari itu kondisi gabah yang awet didalam lumbung terjadi berkat lumbung yang jarang dimasuki.

Lumbung yang sering dibuka tutup berpotensi mengundang masuknya serangga atau binatang yang merusak.

Penduduk yang akan mengambil gabah harus menghitung dengan matang berapa banyak kebutuhannya, agar beras itu cukup sampai hari pengambilan berikutnya yang diperbolehkan.

Prinsip penduduk yang lebih senang memberi beras dari pada menjadi pihak yang diberi, membuat warga berusaha agar memiliki persediaan yang cukup.

Baca Juga: Sifat Lemah Lembut Terhadap Sesama, Ciri Muslim yang Terpuji dan Hikmah Seorang Arab Badui Kencing di Masjid

Penduduk Badui yang diperkirakan berjumlah 10.000 jiwa, yang termasuk suku Badui dalam dan Badui luar, tidak pernah kekurangan pangan apalagi kelaparan.

Kearifan penuh makna yang dipegang teguh oleh warga suku Badui, menjadikan mereka mampu berswadaya pangan. Cara-cara yang dilakukan dalam budidaya pangan suku Badui, membuat Deddy Mulyadi meminta Pemerintah untuk belajar banyak hal dari kearifan tersebut untuk mewujudkan ketahanan pangan.***

 

Ikuti terus dan share informasi Anda di media sosial  Google News Jurnal Soreang ,  FB Page Jurnal Soreang,  YouTube Jurnal Soreang ,  Instagram @jurnal.soreang  dan  TikTok @jurnalsoreang 

Editor: Sarnapi

Sumber: Berbagai Sumber


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah