Ekonomi Indonesia Masih Rapuh Akibat Masalah Krusial yang Menahun Ini

8 Oktober 2020, 19:00 WIB
IKUSTRASI. Warga miskin di Kampung Lio, Kelurahan Depok, Kecamatan Pancoran Mas, Kota Depok.* /ROHMAN WIBOWO/PR/

JURNAL SOREANG- Pengelolaan anggaran yang menjadi otoritas pemerintah mesti ada perubahan signifikan bila negara ini mau berubah menjadi lebih baik. Anggaran yang besar seharusnya bisa mendorong untuk mengurangi ketimpangan kemiskinan.

"Pengelolaan APBN 2021 harus dipikul dengan rasa tanggung jawab yang besar dengan memperhatikan kekuatan moral yang tinggi sehingga menekan sebesar-besarnya ketidakefisienan dan ketidakefektifan anggaran negara," kata Anggota DPR RI komisi VI, Hj. Nevi Zuairina, dalam pernyataannya, Kamis, 8 Oktober 2020.

Dia menambahkan, ketimpangan angka kemiskinan di Indonesia masih besar. Angka kemiskinan di perdesaan mencapai 12,6 persen dan di perkotaan 6,56 persen.

Baca Juga: Diwarnai Lemparan Batu, Seorang Pengunjuk Rasa Terluka Di Bagian Kepala


"Perlu ada terobosan yang menggebrak sehingga negara ini menjadi bangun dan bertindak. Kita harus segera bangkit, berdiri dan melakukan sesuatu yang menjauhkan negara ini masuk dalam badai marabahaya sistemik", kata Nevi.


Stagnasi kondisi Indonesia yang belum beranjak dari negara berkembang menjadi negara maju, meskipun sudah 75 tahun Indonesia terbebas dari penjajahan.


"Pertumbuhan ekonomi minim, lapangan kerja tidak efektif, pengangguran naik menjadi 7,05 Juta orang pada tahun 2019, rendahnya realisasi Pendapatan Negara yang hanya sebesar 90,6 persen dari target. Masih banyak lagi persoalan yang menjadi benang kusut dari pusat hingga daerah," ujarnya.

Baca Juga: Sikap Ini Harus Dihindari dalam Beragama


Legislator asal Sumatera Barat ini mengkhawatirkan perlambatan pertumbuhan investasi di Indonesia. "Pada 2019, total investasi hanya tumbuh 12 persen. Penyerapan tenaga kerja mencapai 1,03 juta orang sepanjang 2019," ucapnya.


Nevi mengatakan, kondisi Pandemi COVID-19 ini telah mengubah struktur masyarakat hingga sampai titik status sosialnya.

"Masyarakat yang tadinya berada pada posisi menengah atas, kini telah berubah menjadi menengah bawah. Artinya fenomena terjadinya pelonjakkan angka kemiskinan dapat dipastikan telah terjadi. Namun angkanya belum kelihatan sampai ada sensus yang akurat," katanya.***

 

Editor: Sarnapi

Tags

Terkini

Terpopuler