JURNAL SOREANG - Bagi penikmat kopi, maka Kopi Luwak adalah sangat istimewa, rasanya nikmat dan harganya pun selangit, sekilonya bisa mencapai Rp3,5 juta hingga Rp4 juta.
Kopi unik hasil permentasi alami dari perut luwak/musang/careuh/ ini pasarnya sudah merambah ke seantero dunia, banyak disuka orang Arab, Asia dan Eropa, menjanjikan kesejahteraan para pengusaha di bidangnya.
Salah satu Produsen kopi luwak terbesar di Indonesia, adalah “Kopi Luwak” yang ada di kawasan Cikole Lembang, tepatnya di Jalan Nyalindung No.9 Kampung Babakan Desa Cikole Kec. Lembang – Kabubaten Bandung Barat - Jawa Barat.
Di sana kita bisa menyaksikan seluruh proses bagaimana kopi luwak dihasilkan, dari mulai hewan luak /careuh /musang yang memakan buah kopi yang merah (matang)i lalu diproses dalam perutnya dan dikeluarkan.
Proses selanjutnya dibersihkan, dikupas , dikeringkan, digiling, dihaluskan sampai diseduh disajikan.
Pelanggan atau pasar Kopi Luwak ini pun tidak main-main, mayoritas dari luar negeri,(rasionya 70% luar negeri -30% dalam negeri). Luar negeri sudah ada 80 negara,
“Ini dari kami buka tahun 2012 sampai sekarang alhamdulilah masih eksis. Dari jumlah luwak 200 ekor produksi kopinya hampir 400 kg / bulan, dan kopi luwak ini saya jual cukup mahal harganya 3,5 juta/kg hingga 4 juta perkilonya, “ kata Sugeng Pujiono, owner Kopi Luwak Cikole Lembang ketika ditemui wartawan di Critoe Coffee , Coffee shop miliknya di Jalan Gandupura 33 Bandung yang dipenuhi anak-anak muda kaum milenial dan Gen- Z.
Baca Juga: Kopi: Minuman Ajaib yang Dapat Membantu Mengatasi Sembelit, Berikut Penjelasanya
“Pasar terbanyaknya dari Timur Tengah terutama Arab Saudi , Uni Emirat Arab, Qatar, sedangkan kalau Asia Jepang, China sama Korea Selatan. Sisanya Eropa Barat, Spanyol, Belanda, Inggris, Jerman itu pasar besar kami. Kebetulan ada 80 negara yang sudah minum kopi saya, “ katanya bangga.
Nah karena memiliki fasilitas selengkap itu, dari mulai cara produksinya sampai diseduh dan melayani pelanggan, akhirnya Sugeng pada tahun 2018 membuat Pelatihan Barista di bawah bendera “Lembaga Kursus dan Pelatihan (LKP) Sugeng Sejahtera” di kawasan Cikole Lembang.
Walaupun resmi lahirnya baru lima tahun yang lalu, tapi jauh sebelumnya Sugeng sudah membuat pelatihan-pelatihan.
“LKP Sugeng Sejahtera ini lahir karena ada Kopi Luwak Cikole. Jadi Pelatihan ini lahir karena ada pengalaman, kami ada pengalaman produksi kopi luwak, pengalamana barista, pengalaman melayani customer, nah dari situlah lahirlah pelatihan ini,” jelas Sugeng.
Target pesertanya merekrut anak-anak muda dhuafa yang tidak bekerja dan tidak sekolah, mereka ditampung dikasih pelatihan gratis selama seminggu.
Setelah selesai pelatihan , mereka diberi alat, sarana prasarana untuk jualan. Benar-benar modal dengkul, tapi tentunya mereka semua diseleksi dulu.
Pendidik dan pelatihnya Sugeng sendiri dibantu asiten dan tujuh instruktur lainnya. Mereka dididik agar tahu mindset (kerangka berpikir), bisa tahan banting , bisa berusaha dan kerja keras, serta bisa menangkap dan menciptakan peluang.
Baca Juga: Rekomendasi 10 Cafe Terbaik di Rawamangun: Nikmati Kopi dan Kenyamanan
Termasuk bagaimana mengoperasionalkan usaha, mengatur keuangan, digital marketing, juga diajarkan Baristanya, agar tahu tentang kopi dan karakter tiap jenis kopi, bagaimana bedanya antara kopi Arabika, Robusta, Liberika, Ekselsa, plus cara menyeduhnya dengan alat-alat barista baik secara manual atau pakai mesin.
Semua itu dilakukan LKP Sugeng Sejahtera dari mulai tahun 2016 dan sudah menghasilkan 14 angkatan lulusan tenaga barista.
Pada tahun 2023 ini pihaknya bekerjasama dengan Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi Kemendikbudristek, mengadakan Program Kecakapan Wirausaha (PKW) dan sudah menghasilkan 3 angkatan dengan yang sedang berjalan sekarang ini.
“ Kebetulan di pemerintah, kemendikbudristek punya program yang sama yakni PKW dan akhirnya kita kolaborasi. Dulu juga mekanismenya sama usai pelatihan, para peserta dikasih alat-alat buat usahanya, hanya lama pelatihannya yang beda, kalau dulu hanya seminggu sekarang 52 hari,” terang Sugeng.
Alhamdulilah kata Sugeng, ketika lembaga kursus dan pelatihan itu diwajibkan memiliki teaching factory oleh kemendikbudristek, LKP Sugeng Sejahtera sudah memiliki dan menyelenggarakan pelatihan di Kopi Luwak Cikole.
“Jadi anak-anak kalau praktek itu bisa melihat langsung dan bekerja, misalnya mau tahu tentang kopi disana ada berbagai jenis tanaman kopinya, ketika berbunga, berbuah, terus dipetik, disangray, dan diolah hingga diseduh dan dinikmati juga bedanya kopi, mereka bisa melihat dan merasakan dan melakukan semua itu,”imbuhnya.
Baca Juga: Rekomendasi 4 Coffee Shop di Tebet, Dijamin Bikin Nagih Buat Kembali, Pecinta Kopi Wajib Coba!
Target pelatihan ini menciptakan pengusaha-pengusaha tanah air khususnya dari Jawa Barat. Merekrut kaum Gen Z (generasi setelah kaum milenial) usia 17-25 yang dhuafa, yang belum mampu secara ekonomi.
"kita ajak mereka untuk jadi orang yang lebih baik dari segi moral sikap dan juga suskses dalam kehidupannya, dalam hal ini menjadi pengusaha. Karena memang Negara itu akan maju kalau banyak anak-anak bangsa yang kreatif jadi pengusaha, ikut menaikan perekonomian bangsa,” kata Sugeng pasti.
Bagaimana profil Sugeng yang sukses di bidang kopi luwak ini?
Adalah Sugeng Pujiono, dokter hewan lulusan Universitas Airlangga 1988 yang sebelumnya bekerja di PT. Sanbe Farma yang berkantor pusat di Bandung dengan jabatan terakhir General Manager (GM) (2008-2013), di tahun 2013 dia memutuskan undur diri karena ingin mengembangkan usaha sendiri.
Dengan diawali riset tentang luwak, dia memulai usahanya di kawasan Cikole Lembang. Ternyata pilihannya tepat, sekarang usaha kopi luwaknya berkembang pesat , pemasarannya hingga ke 80 negara.
Tak puas dengan itu, Sugeng juga membuat rumah makan Sunda dan shop coffee di Jalan Gandapura 33 Bandung dan sukses diminati para wisatawan, umum, dan kaum milenial.
Tak hanya mengejar keuntungan semata, Sugeng juga mengadakan pelatihan-pelatihan gratis dengan nama lembaga LKP Sugeng Sejahtera, yang sengaja ia dirikan dengan niat membantu pemuda pemudi remaja yang secara ekonomi belum beruntung.
Baca Juga: Jurnal Risa Coffee: Tempat Kedai Kopi Terbaru dengan Nuansa Klasik Minimalis di Bandung
Selain program mandiri LKP Sugeng Sejahtera pun bekerjasama dengan kemendikbudristek mengadakan PKW (Program Kecakapan Wirausaha)
“Jadi kami punya dua program, yaitu pelatihan gratis secara mandiri dengan dana CSR dari Kopi Luwak dan yang sekarang taun 2023 ini Program Kecakapan Wirausaha(PKW) yang lulusannya wajib jadi pengusaha karena kita bekali dengan alat-alat lengkap buat usaha seperti mesin alat barista lengkap yang dikasih secara cuma-Cuma," katanya.
"Program PKW di LKP Sugeng Sejahtera ini sebenarnya pertama berlangsung tahun 2022 dan bulan Mei-Juni 2023 kemarin angkatan kedua di tahun 2023 dengan jumlah peserta 25 orang, serta angkatan ketiga (Oktober-November) ada 40 orang peserta,” papar Sugeng.
Dengan adanya program pemerintah PKW yang memberdayakan anak-anak muda di seluruh Indonesia , Sugeng pun ikut memanfaatkannya dengan memberdayakan putra-putra Jawa Barat lewat pelatihan-pelatihan yang dijalankan lembaganya di kawasan Cikole Lembang. Pelatihnya Ia sendiri dibantu para junior dan timnya para instruktur yang sudah punya sertifikat dan pengalaman.
Hasilnya Sugeng pun berhasil melahirkan murid-murid yang ahli di bidangnya, sudah ribuan yang jadi pengusaha mandiri dan tersebar di dalam dan luar negeri.
Karena selama di Kopi Luwak begitu gigih dan rajin mengajar anak-anak muda hingga sukses menjadi ahli dan bisa usaha mandiri, Sugeng dipercaya ikut mengawal pembuatan “Kurikulum Barista” di Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi Kemendikbudirstek taun 2020-2022, juga ditetapkan sebagai Pilot Model Kopi Luwak satu-satunya di Indonesia oleh kementerian pertanian (2015).
“Saya mulai coba usaha tahun 2011 terjun usahanya 2012 lalu saya mundur, baru tahun 2013 saya terjuni lagi. Nah di tahun 2014-2015 itulah alhamdulilah saya dipercaya ikut mengawal peraturan menteri pertanian tentang cara produksi kopi luwak yang benar. Dari cara produksi kopi luwak menggunakan hewan luwak yang animal welfare (hewannya sejahtera kebutuhan hidup alaminya terpenuhi), maka lahirlah Permentan No.37 Tahun 2015 nah saya ada di situ selama 2 tahun itu” kata Sugeng, yang usai itu dianugerahi Piagam Penghargaan sebagai Inovator Pengembangan Kopi Luwak di Indonesia oleh Menteri Koperasi dan UKM RI (2019).
Lembaga Kusus dan Pelatihan (LKP) Sugeng Sejahtera yang ada di Kopi Luwak Cikole di dalamnya juga terdapat Lembaga Sertifikasi Komptensi (LSK) Barista, di bawah koordinasi kemendikbudristek.
“LSK Barista ini ada 42 program salah satunya Barista. Jadi Barista ini ada LSKnya, misalnya kalau mau ujian kompetensi peserta didik di LSK Barista itu ketika lulus dapat sertifikat gambar Garuda yang bisa dipakai selamanya sebagai bukti atau keperluan di bidangnya,” terang Sugeng yang juga sebagai Ketua Umum LSK Barista.
Intinya, Pelatihan Barista ini bagi Sugeng adalah ibadah dalam rangka menciptakan sumber daya manusia generasi muda Indonesia yang lebigh mandiri, berkarakter, berdaya saing dan bermanfaat buat dirinya, keluarga dan sesamanya.
Sugeng menegaskan ia ingin mengabdi pada masyarakat , Niat itu sudah tercetus sejak jaman kuliah dan menjadi Ketua Senat dan Alhamdulillah kesampaian juga di Bandung, Jawa Barat.
Di kampusnya Sugeng memang seorang aktivis, dia juga seorang mahasiswa mandiri, bisa cari duit sendiri, punya bimbingan tes bimbel (bimbingan belajar) untuk siswa SMA .
Dari situlah Alumni Berprestasi Universitas Airlangga (10 November 2012) dan Alumni Berprestasi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga (10 desember 2017) ini berpikir kelak harus bisa membantu orang-orang yang belum mampu seperti dirinya, tapi dengan cara memberi pancing bukan ikannya, melalui pemberdayaan.
Semua itu bisa terwujudkan di Kota Bandung, bukan di tempat lain dan berasil dengan sukses hingga usaha Kopi Luwaknya dikenal dan diminati 80 negara.
Semua itu sebagai sumbangsih kepada Bandung dan Jawa Barat yang selama 30 tahun menjadi tempat hidup dan menghidupi keluarganya, sesuai motto hidupnya dimana bumi dipijak di situ langit dijunjung dan harus bermanfaat bagi lingkungan sekitarnya.
“Karena 30 tahun saya hidup di sini, saya dapat rejeki disini di Bandung, di Jawa Barat, saya kembalikan ke masyarakat Jabar yang membutuhkan, karena saya tidak bisa bagi-bagi uang, saya hanya bisa bagikan ilmu tenaga dan pikiran, “ pungkas suami Elisabeth SE dan Ayahnya Felisia Puji Ambarwati, SH dan Mario Puji Satrianto ini sambil menyeruput Kopi Luwaknya, kelihatannya nikmat sekali.***