JURNAL SOREANG – Pemasukan ojek online (ojol) pada awal-awalnya dulu memang cukup menjanjikan karena bisa sampai ratusan ribu bahkan ada yang jutaan rupiah per hari.
Karena itu, dulu ada karyawan atau bahkan manajer pada sebuah perusahaan yang berani keluar dari pekerjaannya, dan rela menjadi ojol.
Tapi itu dulu, sekarang penghasilan ojol tidak sebesar dulu lagi, dan cenderung menurun jauh, khususnya pasca pandemi korona.
Baca Juga: Profesor Obsatar Sinaga : Sulit Jadi Presiden Kalau Bukan Orang Jawa
Contohnya Tedi Trianajaya (52 tahun) di Bandung yang hanya berpenghasilan antara Rp 40 ribu hingga Rp 60 per hari.
Itu pun masih kotor, karena ia juga harus membeli bensin (Rp 10 ribu), makan sederhana (RP 10 ribu), plus cicilan motor (Rp 20 ribu).
Praktis, ia hanya berpendapatan Rp 0 – Rp 20 ribu bersih per hari. Padahal ia harus menghidupi seorang istri dan dua orang anak (TK dan SMP).
Baca Juga: Guru Besar UNPAD Obsatar Sinaga Soal Nasib Prabowo Subianto di Tahun Politik 2024
Itulah sebabnya Tedi terpaksa tinggal menumpang pada ibunya di Panyilekan Bandung kota, sementara istri dan anak-anaknya ia tinggal di kampung di Cililin, Kabupaten Bandung Barat.
Terdorong untuk membantu kehidupan Tedi, guru besar Unpad dan sekaligus Wakil Ketua Yayasan Uninus Bandung Prof Dr Obsatar Sinaga mengunjungi ojol itu di rumah ibunya.
Kepada Tedi Prof Obi memberi semangat dan menyerahkan bantuan kadeudeuh sebesar Rp 1 juta rupiah untuk digunakan sebagaimana perlunya.
Obi berpesan agar Tedi tetap berupaya mencari rejeki yang halal dan berkah dengan apa yang mampu ia lakukan.
Selain itu, ia juga memintanya untuk shalat lima waktu, shalat malam, dan mengaji untuk membuka pintu rejekinya.
“Jangan lupa tahajud, dhuha, dan baca Al Qur’an, karena di situ ada rahasia pintu rejeki,” kata Prof Obsatar Sinaga. ***
Baca Juga: Manfaat Daun Sukun Bagi Kesehatan, Bisa untuk Obat Diabetes