Fantastis! Ada 46.000 Orang Laporkan Penipuan Kripto, Total Kerugian Mencapai Rp14,4 Triliun

6 Juni 2022, 04:45 WIB
Pasar Kripto Jatuh, Apakah Sekarang Saatnya untuk Membeli? /Reuters

JURNAL SOREANG - Penipuan kripto dan penipuan terus menarik penjahat dunia maya.

Tidak sedikit orang yang melaporkan kehilangan aset kripto mereka.

Menurut laporan Federal Trade Commission (FTC) Amerika Serikat (AS) seperti dikutip Jurnal Soreang dari Bloomberg.

Hal ini terjadi sejak awal tahun 2021 telah terjadi kerugian lebih dari 1 miliar dolar AS setara dengan Rp 14,4 triliun akibat penipuan kripto.

Baca Juga: Lewat Sepucuk Surat, Affiliator Binary Option Doni Salmanan Ungkap Kondisinya Dalam Penjara

Sementara itu, dari Januari 2021 hingga Maret tahun ini, lebih dari 46.000 orang mengajukan laporan penipuan terkait kripto ke FTC.

Individu yang melaporkan kerugian dalam laporan tersebut adalah $2.600.

Banyak dari scammer ini menjangkau individu melalui media sosial atau aplikasi kencan.

Jenis penipuan aplikasi kencan ini dikenal sebagai pembantaian babi, di mana penjahat membangun hubungan palsu dengan korban untuk mengelabui mereka agar berinvestasi di crypto.

Baca Juga: Ini Profesi 5 Seleb Korea sebelum Debut jadi Kpop Idol, Ada Kazuha Lesserafim dan Sunghoon Enhypen

Penting untuk dicatat bahwa laporan FTC hanyalah gambaran kecil tentang berapa banyak penipuan kripto yang sebenarnya terjadi.

Pasalnya agensi bergantung pada laporan langsung yang disampaikan oleh para korban.

FTC memperkirakan bahwa kurang dari 5 persen korban penipuan melaporkannya ke entitas pemerintah, dan mungkin sejumlah kecil melaporkannya ke FTC.

Ketika cryptocurrency menjadi lebih populer, jumlah penipuan juga meningkat.

Baca Juga: Tes IQ: Yakin Kamu Orang yang Teliti? Coba Temukan Apa yang Salah dengan Gambar Ini

Analisis rantai platform Blockchain memperkirakan bahwa alamat terlarang menerima lebih dari US$14 miliar dalam bentuk kripto tahun lalu, hampir dua kali lipat jumlah pada tahun 2020. ***

Editor: Azmy Yanuar Muttaqien

Sumber: Bloomberg

Tags

Terkini

Terpopuler