Remaja Banyak yang Ikut Demonstrasi, Perlu Ada Pendidikan Toleransi

- 13 Oktober 2020, 03:34 WIB
SEJUMLAH pengunjuk rasa yang tergabung dalam Federasi Persatuan Pekerja Buruh Bandung Raya turun ke jalan saat berorasi terkait penolakan Undang-undang Cipta kerja (Omnibuslaw) yang disahkan oleh DPR RI di Jalan Rancaekek, Kabupaten Bandung, Selasa, 6 Oktober 2020.. Para remaja juga banyak ikut-ikutan unjuk rasa
SEJUMLAH pengunjuk rasa yang tergabung dalam Federasi Persatuan Pekerja Buruh Bandung Raya turun ke jalan saat berorasi terkait penolakan Undang-undang Cipta kerja (Omnibuslaw) yang disahkan oleh DPR RI di Jalan Rancaekek, Kabupaten Bandung, Selasa, 6 Oktober 2020.. Para remaja juga banyak ikut-ikutan unjuk rasa /SAM//Jurnal Soreang

 

JURNAL SOREANG- Dalam beberapa hari ini marak pemberitaannya soal injuk rasa menentang UU Cipta Kerja yang melibatkan remaja. Bahkan, mereka juga tertangkap tangan membawa barang-barang yang seharusnya tidak patut untuk dibawa saat demonstrasi sehingga akhirnya diamankan pihak kepolisian.

"Unjuk rasa sah-sah saja dan dijamin aturan pemerintah untuk menyalurkan pendapat dan keinginannya," kata Sekretaris Persatuan Guru Nahdlatul Ulama (Pergunu) Kota Bandung, Rifa Anggyana, dalam pernyataannya, Selasa, 13 Oktober 2020.

Dia menambahkan, masa remaja adalah masa yang tak terlupakan. Diakui atau tidak memang benar adanya.

Baca Juga: Resmi Diluncurkan, Ini Perbandingan Oppo Reno 4F vs Reno 4

"Masa remaja ditandai dengan pertumbuhan fisik dan mental yang sangat pesat. Akan tetapi, seringkali bila pertumbuhan fisik yang dialami seorang remaja tidak sesuai dengan apa yang diinginkannya, maka remaja tersebut akan merasa tidak percaya pada dirinya sendiri," ujarnya.

Tidak hanya itu, masalah yang paling menonjol dari seorang remaja yakni pencarian identitas diri.

"Identitas diri yang dicari remaja adalah berupa usaha untuk menjelaskan dirinya dan apa peranannya dalam masyarakat. Ini juga bisa jadi penyebab remaja kerap diajak untuk ikut unjuk rasa meski kurang tahu tuntutannya," katanya.

Baca Juga: Ganti Menteri Ganti Kebijakan. Mas Menteri Ganti UN Jadi Asesmen Nasional

Sering kali remaja, kata Rifa, akan bersikap egois dan tidak menghargai orang lain apabila identitas diri yang dicarinya sukar untuk ditemukan.

"Hal ini dialami oleh semua remaja. Padahal, manusia adalah makhluk sosial yang tidak bisa hidup sendiri tanpa bantuan yang lain, akan tetapi realitasnya setiap manusia itu berbeda satu dengan yang lainnya, sehingga karakter berupa sikap toleransi perlu diterapkan," katanya.

Apalagi seorang remaja yang sedang mengalami masa pertumbuhan yang pesat, sehingga bantuan dari orang-orang di sekitarnya sangat diperlukan dalam rangka pembentukan karakter.

Baca Juga: Seng Penutup Ponpes Nurul A'en Pun Dibongkar

"Sikap saling menghargai atau toleransi sangat penting untuk ditanamkan pada diri seorang remaja,"katanya.

Bersikap toleran berarti bersikap lapang dada dan menghormati hak pribadi dan sosial dari pihak yang berbeda dalam menjalani kehidupan ini.

"Sikap toleran dan saling menghargai ini bisa ditumbuhkan oleh keluarga, lingkungan maupun pihak sekolah dengan cara pembiasaan maupun keteladanan," katanya.***

Editor: Sarnapi


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x