"Namun dari survei yang kami lakukan diketahui bahwa masyarakat di daerah dinilai paling sulit mengikuti protokol kesehatan pencegahan Covid-19 dengan benar," katanya.
Oleh karena itu, pemahaman tentang protokol kesehatan secara benar harus dikomunikasikan kepada masyarakat secara masif, lengkap dan benar.
"Ketika kita gagal mengkomunikasikan, maka orang akan berasumsi dengan pemahaman mereka masing-masing, dan ini dikhawatirkan akan semakin menimbulkan perilaku acuh tak acuh terhadap penerapan protokol kesehatan," katanya.
PKM FISIP Unpas, kata Deden, setelah menganalisa masalah desa sehingga fokus pada pembuatan poster dan video pencegahan Covid-19, penyuluhan kesehatan, dan penguatan kelompok desa dengan edukasi singkat.
Baca Juga: Tingkatkan Mutu, Universitas Ma'soem Lakukan Kerjasama dengan Unpas dan Aptikom
"Metode yang digunakan ada tiga yaitu metode edukasi, metode sosialisasi, dan evaluasi program. Teknik pengumpulan data dalam pengabdian ini menggunakan teknik wawancara, kuesioner, dan dokumentasi," ujarnya.
Dampak program pengabdian ini menunjukkan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap pentingnya protokol kesehatan 5M dalam menangkal wabah pandemi Covid-19 tidak akan berjalan optimal jika tidak dilakukan pendekatan langsung kepada masyarakat oleh pemerintah daerah dan pemerintah desa.
" Hasil evaluasi survei mengenai kesadaran masyarakat terhadap Protokol Kesehatan 5M di Desa Cipeujeuh menunjukkan respon yang kurang bagus pada aspek penggunaan masker dan penggunaan hand sanitizer. Kurangnya pemahaman warga Desa Kecamatan Pacet terhadap pentingnya Melakukan 5 M (Memakai Masker, Mencuci Tangan, Menjaga Jarak, Menjauhi kerumunan dan Membatasi Mobilitas dan Interaksi) sehingga apabila ada warga yang positif,maka tidak mau diketahui oleh lingkungan karena takut dikucilkan," ujarnya.
Namun demikian setelah dilakukan desiminasi informasi serta pendekatan- pendekatan yang lebih humanis, sebagian besar warga desa kemudian mengikuti kegiatan ini dengan penuh semangat hingga selesai.