Inilah Perjuangan Guru yang Mengajar di Daerah Perbukitan, Harus Jadi Perhatian Bupati Baru

15 November 2020, 06:05 WIB
Guru SDN Legok Pego harus berjuang melintasi jalanan yang rusak. /Sarnapi/

JURNAL SOREANG- Namanya sangat singkat Engkos (50), namun perjuangannya sangat panjang. Saat masih menjadi guru honorer, Engkos menjadi "komandan" para guru untuk menuntut perbaikan kesejahteraan termasuk diangkat menjadi PNS.

"Alhamdulillah akhirnya teman-teman guru termasuk saya diangkat menjadi guru PNS. Namun, perjuangan harus terus dilalui sebab saya ditempatkan di SDN Legok Lego yang susah akses jalan," kata Engkos, saat dihubungi, Sabtu (15/11/2020).

Engkos yang sudah lima tahun ini menjadi kepala SDN Legok Pego, Deaa Drawati, Kecamatan Paseh, Kabupaten Bandung, merasakan betul beratnya medan ke sekolah yang berada di perbukitan.

Baca Juga: Debat Publik Kedua Pilkada Kabupaten Bandung: Pemekaran Kabupaten Bandung Timur Harus Terwujud

"Jalan ke lokasi sekitar 4 km yang paling berat karena jalannya hancur meski sebagian mulai dibeton. Kalau musim hujan seperti sekarang sangat licin," ucapnya.

Tak terbilang sudah puluhan kali sepeda motor Engkos mengalami kerusakan dan jadi montir dadakan agar motor jalan lagi.

"Meski pandemi saya dan guru  harus tetap datang ke sekolah dua hari sekali untuk memberikan tugas kepada para siswa secara langsung. Kampung Legok Pego termasuk susah sinyal telefon seluler," katanya yang menambahkan lima guru honorer SDN Legok Pego belum dapat tunjangan sama sekali dari pemerintah.

Baca Juga: Terjalnya Perjalanan Menuju Kampung Legok Pego

Adanya pandemi Covid-19 membuat kegiatan belajar mengajar dengan tatap muka tak bisa dilakukan. Belajar diganti dengan pembelajaran jarak jauh atau dalam jaringan (daring).

Hanya, bagi SDN Legok Pego merupakan hambatan yang sangat berat dengan adanya belajar daring ini. Para siswa SDN Legok Pego tak bisa melakukan pembelajaran daring sehingga para guru harus punya banyak cara.

Selain kondisi ekonomi masyarakat yang kalangan bawah sehingga sedikit warga yang memiliki telefon seluler.  Bukan hanya itu, sinyal telefon di Kp. Legok Pego juga sangat susah. Di sekolah saja kalau mau mendapatkan sinyal telefon harus lari ke belakang gedung sekolah. Kalau kita berada di ruang kelas atau kantor tak ada sinyal sana sekali.

Baca Juga: Legowo, Kades Tenjolaya Ismawanto Somantri Berharap Bawaslu Tidak Tebang Pilih

Untuk menyiasati pembelajaran di rumah yang berlaku sejak 16 Maret lalu, Engkos dan bersama guru memiliki cara unik. Guru  harus tetap datang ke sekolah dua hari sekali untuk memberikan tugas kepada para siswa. 

Setelah melintasi jalan yang dilalui sangat berat karena jalanan rusak dengan penuh batu dan lumpur sehingga licin ternyata ketika datang ke sekolah juga guru hanya mendapatkan beberapa siswa.

"Karena sebagian besar siswa harus membantu orangtuanya di sawah. Akhirnya guru mengumpulkan siswa yang ada lalu memberikan tugas. Nanti siswa tersebut yang akan membagikan tugas kepada teman-temannya," .ucapnya.

Baca Juga: Wakil Rakyat Bisa Jadi Jembatan untuk Dapat Bantuan Alat Mesin Pertanian

Dia memohon perhatian pemerintah terutama Kemendikbud, Disdik, maupun dinas terkait di Pemkab Bandung untuk memperhatikan Kp. Legok Pego ini. Termasuk bupati san Wabup baru hasil pilkada.

"Khususnya Dinas PU agar segera membangun jalan agar akses masyarakat jadi mudah. Sedangkan Disdik agar memperhatikan kesejahteraannya guru-guru honorer yang mengajar di lokasi perbukitan dan belum dapat tunjangan sama sekali," katanya.***

Editor: Sarnapi

Tags

Terkini

Terpopuler