Sosok Munding Dongkol, Pertanda Bencana Banjir Segera Tiba

Sam
13 Oktober 2020, 14:22 WIB
Salah satu kegiatan belajar mengajar yang melibatkan guru dari sekolah setempat di pos pemantauan Komunitas Munding Dongkol di Bojong Asih, Dayeuhkolot, Kabupaten Bandung, beberapa waktu lalu. /Istimewa /Istimewa

JURNAL SOREANG - Nama Munding Dongkol mungkin masih terasa asing di telinga sebagian masyarakat Kabupaten Bandung pada umumnya. Namun lain cerita bagi masyarkat di yang tinggal ti bantaran sungai Citarum, tepatnya di Kampung Bojong Asih, Dayeuhkolot, Kabupaten Bandung.

Munding (Bahasa Sunda) yang berarti Kerbau, sedangkan Dongkol (Bahasa Sunda) yang berarti tanduk yang melingkar (berdasarkan penamaan panggilan masyarkat setempat).
Jadi kalau diartikan Munding Dongkol yaitu Seekor Kerbau yang mempunyai tanduk yang melingkar.

Menurut cerita yang melegenda dintatanan masyarakat setempat, seperti yang dituturkan Acim seorang yang asli keturunan masyarakat bantaran sungai Citarum, bahwa Munding Dongkol merupakan bentuk perwujudan kerbau yang dianggap sebagai pertanda akan terjadi bencana pada masyarakat yang hidup di bantaran sungai Citarum, khususnya di Dayeuhkolot.

Baca Juga: Diberitakan Meninggal Dunia, Sahrul Gunawan : Alhamdulillah Saya Baik-baik Saja

"Barang siapa yang melihat sosok kerbau yang menyerupai satuMunding Dongkol melintas di aliran sungai Citarum pada waktu itu, maka itu menandakan akan terjadinya bencana bagi masyarakat setempat," kata Acim.

Kendati hanya sebatas cerita yang melegenda di kalangan masyarakat setempat, namun hal itulah yang mendasari Acim beserta sejumlah warga masyarakat sekitar, untuk membentuk suatu komunitas peduli sungai dengan nama Komunitas Munding Dongkol (KMD).

Memang cukup beralasan, Acim dan rekan-rekannya membentuk komunitas tersebut. Berangkat dari rasa kekhawatiran dan kepedulian terhadap nasib sungai Citarum di wilayahnya, serta melihat kondisi sungai Citarum yang sudah berubah dari waktu ke waktu, maka ia merasa tergerak untuk mengembalikan fungsi sungai Citarum kep fungsi yang sebenarnya yaitu menghidupi masyarakat melalui fungsi sungai seutuhnya.

Baca Juga: Guru ini Dapat Kehormatan Berupa Beasiswa Kuliah S-2

Sambil melakukan sejumlah kegiatan di bantaran sungai yang ia rubah menjadi kawasan edukasi komunitas. Acim pun mulai menceritakan ihwal, alasan ia membentuk komunitasnya.

"Awalnya, berangkat dari kebiasaan masyarakat disini yang sudah lumrah menghadapi banjir, saya dan kawan-kawan merasa tergugah dan kasihan kepada mereka termasuk keluarga saya (korban banjir) yang 'tipaparetot" (bergegas) karena merasa kaget, saat banjir melanda yang datang secara tiba-tiba." katanya.

Bayangkan, ketika warga sedang enak tidur, kata Acim, tiba-tiba pas bangun kasurnya sudah basah, terus air sudah masuk rumah yang dalamnya bisa mencapai 2 meter lebih, pasti warga tersebut "tipaparetot" untuk segera menyelamatkan diri dan keluarganya.

Baca Juga: Gus Yaqut Singgung Soal Kasus Petani Kertasari Saat Ketemu BPN Kabupaten Bandung

"Berangkat dari hal itu lah, kita membuat komunitas Munding Dongkol yang berfungsi sebagai penanda dan pemberi pesan kepada masyarakat untuk bersiap menghadapi banjir supaya tidak kaget tatkala banjir tiba di wilayahnya." ungkapnya.

"Jadi pada prinsipnya, yang perlu diimplementasikan dengan adanya Munding Dongkol tersebut adalah semangat untuk saling mengingatkan bahwa tanda-tanda bencana banjir akan melanda warga." imbuh Acim.

Acim pun mengakui, bahwa masih sedikit komunitas masyarakat yang hidup di bantaran sungai Citarum, yang betul-betul bergerak secara konsisten dan berkelanjutan mengampanyekan kelestarian Citarum.

Baca Juga: Total Kasus Covid-19 Kabupaten Bandung Semakin Dekati 900 orang

"Mereka lebih memilih bekerja full di pabrik atau toko, ketimbang memperhatikan kelestarian sungai, bahkan mereka pun bikin komunitas, tapi komunitas touring (dibaca: turing)," kelakarnya.

Selain berkegiatan dalam hal kepedulian sungai, Acim pun mengatakan, bahwa kegiatan komunitas juga terfokus pada pendidikan anak-anak sekitar terkait ilmu dan literasi, serta sejumlah kegiatan pemberdayaan masyarakat tani di sekitarnya.

Tak dinyana, lambat laun Acim dan komunitasnya mampu merubah rupa salah satu sudut bantaran sungai menjadi tempat yang layak untuk berkegiatan. Bahkan ornamen disekitaran bantaran itu pun menggunakan material asli dari bantaran sungai.

Baca Juga: Hanya Dibuka 10 Hari, Buruan Pesan Tiket Film Story of Kale di Bioskop Online, Ini Caranya

"Saya dan rekan-rekannya komunitas sengaja menggunakan material yang ada di sungai Citarum, seperti air untuk pot bunga, media tanah untuk tanaman sayuran, serta daur ulang sampah nonorganik." ujarnya.

"Selain itu, kami disini selalu berupaya memberikan gambaran kepada warga melalui kegiatan yang bersifat edukasi, seperti membersihkan bantaran sungai, mengolah sampah rumah tangga, bahkan bercocok tanam dengan media tanam dari area sekitar bantaran sungai." katanya.

"Bahkan kami ada rencana membuat air pompa manual dan pasar sayur organik yang lokasinya tak jauh dari sungai untuk masyarakat, atau bisa saja nantinya menjadi komoditi ekonomi baru bagi masyarakat. Do'akan saja."tuturnya menutup obrolan.***

 

 

Editor: Sam

Tags

Terkini

Terpopuler