Edukasi Terkait TPS Liar, Pemkab Bandung akan Launching 306 Kader Bandung Bedas Bersih Sampah

18 Juni 2021, 21:08 WIB
Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Bandung, Asep Kusumah. /Jurnal Soreang/Pikiran Rakyat

JURNAL SOREANG - Sebagai bagian dari Program 99 Hari Kerja, Bupati Bandung, Dadang Supriatna akan melaunching kader Bandung Bedas Bersih Sampah.

Dalam kegiatan tersebut, Bupati Bandung akan mengukuhkan 306 orang untuk menjadi kader yang nantinya akan disebar di seluruh kecamatan yang bertugas untuk mengedukasi TPS liar.

"Tugas kader tersebut yaitu beragam mulai memberikan edukasinya perihal yakni mulai dari membantu masyarakat mengelola sampah di rumah sampai penyebarluasan informasi," kata Kepala Dinas Lingkungan Hidup, Asep Kusumah dalam keterangannya, di Soreang, Jumat 18 Juni 2021.

Baca Juga: Apresiasi Forum Pencinta Lingkungan, Kang DS: Penanganan dan Pemeliharaan Lingkungan Tanggung Jawab bersama

Menurut Asep, rencananya launching akan dilaksanakan di Sadu Kecamatan Soreang, tepatnya di titik TPS liar sebagai bentuk upaya kerja langsung, tidak bersifat seremonial, sehingga dapat meningkatkan kinerja dalam penanganan TPS liar.

"TPS liar sulit diprediksi karena merupakan bentuk perilaku orang yang melintas di jalan protokol, sebagian lain sebagai bentuk kebiasaan membuang sampah di titik-titik tertentu," papar Asep.

Asep menuturkan, pembangunan beberapa TPS baru juga sudah dilaksanakan. Ada 12 TPS bantuan dari pusat yang merupakan bagian dari program IBM (Infrastruktur Berbasis Masyarakat) dan DAK (Dana Alokasi Khusus) dari kementerian.

Sementara titik layanan kata Asep, ada di 24 kecamatan walaupun kemampuan armada sampah belum mencapai pelosok.

Baca Juga: Wagub Jabar Apresiasi Langkah Pemkab Bandung Gelar Istighosah, Uu: Acara Ini Diharapkan Dicontoh Daerah Lain

Menurut Asep, penanganan sampah dilakukan dengan 2 pendekatan. Yang pertama pendekatan darurat yaitu memindahkan, dimana sampah diambil dan ditempatkan di TPA (Tempat Pembuangan Akhir).

Yang kedua sambung Asep, yakni pendekatan sistem yaitu membangun, dimana konstitusi sering kami kampanyekan dalam hal penanganan sampah sejak dari sumbernya.

"Jadi pilihannya ada dua, yakni mengurangi dan menangani. Kemudian dari pihak komunal ada program Bank Sampah Tematik, RW Zero Waste, dan lain sebagainya," jelas Asep.

Asep menjelaskan, nanti di hari ke-99, pihaknya akan launching program Kampung Bedas di tingkat desa, dimana desa diintervensi untuk mampu mengenali, mengidentifikasi, dan merumuskan sesuai kewenangan dan tanggung jawab dalam memelihara lingkungan bersama-sama dengan masyarakat.

Baca Juga: Anggota DPR Apresiasi Capaian Pembangunan Lingkungan Hidup yang Naik, tapi Sayang Sampah Belum Terkendali

Selain dua pendekatan penanganan sampah ungkap Asep, yakni darurat dan sistem, ada juga edukasi personal, komunal dan skala kawasan.

Menurutnya, rasio sampah berdasarkan Perpres 97 tentang Jastranas dan Perbup tentang Kebijakan Startegis Pengelolaan Sampah Daerah, telah disepakati di angka 0,35 kg per orang per hari.

"Dengan jumlah penduduk Kabupaten Bandung 3,7 juta jiwa, kisarannya 1350-an ton per hari. Itu berdasarkan rasio, tapi faktanya kita tidak pernah menemukan bandung lautan sampah, kecuali titik-titik di jalur lintasan," imbuh Asep.

Untuk armada lanjut Asep, pihaknya mempunyai 109 unit, termasuk pengadaan 3 tahun terakhir 30 unit. Tahun ini mudah-mudahan ada alokasi tambahan armada, mungkin di APBD Perubahan ataupun DAK.

Baca Juga: Berikut Poin Penting dari Isi Nota Kesepakatan Pemkab Bandung dengan BP2MI

"Mengingat pendekatan darurat menggunakan hitungan matematis, maka dapat dihitung jumlah armada yang diperlukan dengan jumlah sampah yang harus diangkut," terang Asep.

Asep memaparkan, dengan hanya 109 unit armada, pihaknya berusaha mengoptimalisasikan pendekatan darurat dan pendekatan sistem tersebut.

Walaupun, nantinya armada diperbanyak, akan tetapi apabila tidak ada ruang TPA, maka akan sulit juga.

"Jadi, pendekatan darurat dan sistem ini harus dilakukan beriringan sehingga masalah sampah dapat ditangani sejak dari sumbernya," ucap Asep.

Baca Juga: BAZNAS Kabupaten Bandung dan BAZNAS Jabar Salurkan Bantuan Makanan pada Korban Tanggul Jebol di Desa Panyadap

Asep menjelaskan, dari sisi pelayanan saat ini sudah cukup optimal. Dikarenakan harus mengangkut sedimentasi sungai dari program Citarum Harum dan opsih (operasi kebersihan) para anggota Satgas Sektor, menjadikan armada hanya dapat mengangkut 300-350 ton sampah ke TPA.

"Untuk sisa sampah, dibantu oleh program RW Zero Waste, Bank Sampah, dan lain-lain," sebut Asep.

Asep Kusumah menerangkan, terkait Bank Sampah yang mengelola sampah anorganik, ada 10 industri besar di Kabupaten Bandung yang pernah menggelar rapat koordinasi di tahun 2019.

"Diketahui omsetnya mencapai 900 ton per hari dalam mengelola sampah anorganik untuk didaur ulang. Kami sangat terbantu," ujar Asep.

PemkanBaca Juga: Penanggulangan Covid-19 Harus Pula Melirik Kekuatan Doa, Ini yang Dilakukan IRMA Jabar dan Pemkab Bandung

Asep menuturkan, Bank Sampah Tematik digulirkan karena pasokannya masih di-supply dari wilayah luar. Kisarannya sekitar 50-60 persen yang berasal dari Kabupaten Bandung tergantung dari total produksi perusahaan, harga yang fluktuatif, dan siklus industri.

"Kami ingin Bank Sampah Tematik mampu menjadi rantai pasok sehingga masyarakat nantinya melihat sampah anorganik sebagai peluang ekonomi," harap Asep.

Belum lagi kata Asep, Pak Bupati sedang gencar mempromosikan biokonversi magot secara masif di tiap desa yang mampu mereduksi sampah organik.

"Jadi kesimpulannya, hitungan rasio sampah memang menjadi patokan, akan tetapi belum tentu secara utuh seperti itu," pungkas Asep Kusumah.***

Editor: Rustandi

Tags

Terkini

Terpopuler