Pada awalnya misi ini digagas pada tahun 1976 dengan nama ASTRON-1 namun adanya krisis dana maka dibatalkan.
Kemudian, dengan ditetapkannya program prioritas ilmu luar angkasa dari Chinese Academy of Science (CAS) pada 2011 maka rencana untuk observatorium Matahari ditinjau kembali.
Selanjutnya, perakitan konstruksi ASO S tuntas pada Agustus 2022 sehingga dapat diluncurkan.
Pesawat ASO S ini seberat 859 kilogram menggunakan tiga instrumen guna mempelajari medan magnet matahari, semburan matahari, dan lontaran massa korona (CME).
Yakni semburan besar plasma super panas yang meluncur menjauh dari matahari dengan kecepatan jutaan mil per jam.
Suar matahari sering dikaitkan dengan CME dan keduanya dapat memengaruhi aktivitas di Bumi.
CME yang kuat, dapat menelurkan badai geomagnetik yang bisa mengganggu jaringan listrik, komunikasi radio, dan navigasi GPS. CME juga dapat meningkatkan aurora.
Pesawat ruang angkasa juga akan mempelajari bagaimana energi diangkut melalui berbagai lapisan atmosfer matahari.