Implementasi Kurikulum Merdeka di Kabupaten Aceh Utara, Berikut Kelebihannya

- 23 Agustus 2023, 05:47 WIB
Ilustrasi: Kurikulum Meerdeka. Potret praktik baik dalam penerapan Kurikulum Merdeka terpantau ketika Direktorat Jenderal Guru dan dan Tenaga Kependidikan (Ditjen GTK) melakukan kunjungan di SMPN 1 Syamtalira Bayu Kabupaten Aceh Utara dalam rangka mendorong optimalisasi berbagai program prioritas
Ilustrasi: Kurikulum Meerdeka. Potret praktik baik dalam penerapan Kurikulum Merdeka terpantau ketika Direktorat Jenderal Guru dan dan Tenaga Kependidikan (Ditjen GTK) melakukan kunjungan di SMPN 1 Syamtalira Bayu Kabupaten Aceh Utara dalam rangka mendorong optimalisasi berbagai program prioritas /PEXELS/Charlotte May

JURNAL SOREANG – Kurikulum Merdeka merupakan kurikulum yang dirancang dengan pembelajaran intrakurikuler yang beragam dengan konten pembelajaran disusun lebih optimal agar peserta didik memiliki cukup waktu untuk mendalami konsep dan menguatkan kompetensinya.

Dalam proses pembelajaran, guru memiliki keleluasaan untuk memilih berbagai perangkat sehingga pembelajaran dapat disesuaikan dengan kebutuhan belajar dan minat peserta didik.

Kurikulum Merdeka yang merupakan Merdeka Belajar episode ke-15 ini mengarah pada struktur kurikulum yang lebih fleksibel dan fokus pada materi esensial sehingga memberikan keleluasan bagi guru menggunakan berbagai perangkat ajar sesuai kebutuhan dan karakteristik peserta didik.

 

Sejalan dengan Kurikulum Merdeka, diluncurkan pula Platform Merdeka Mengajar (PMM) sebagai aplikasi yang menyediakan berbagai referensi belajar dan berkarya bagi guru untuk terus mengembangkan praktik mengajar secara mandiri maupun berbagi praktik baik.

Potret praktik baik dalam penerapan Kurikulum Merdeka terpantau ketika Direktorat Jenderal Guru dan dan Tenaga Kependidikan (Ditjen GTK) melakukan kunjungan di SMPN 1 Syamtalira Bayu Kabupaten Aceh Utara dalam rangka mendorong optimalisasi berbagai program prioritas Kemendikbudristek.

Maisurah, Guru Penggerak dari SDN 1 Syamtalira Bayu saat mengajarkan pelajaran Bahasa Indonesia misalnya, ia mengajak siswa untuk ke luar kelas melihat alam untuk mencari inspirasi dan menciptakan suasana belajar yang menyenangkan.

Baca Juga: Masifkan Implementasi Kurikulum Merdeka, Berikut Langkah Kemendikbudristek di Banten

“Aktivitas tersebut disenangi anak-anak karena mereka merasakan pengalaman baru dalam proses pembelajaran,” ungkapnya.

Selain itu, di dalam kelas Maisurah juga menerapkan pola belajar perkelompok. Cara ini terbukti efektif memancing potensi siswa. Jika pada pembelajaran sebelumnya siswa cenderung pasif berbicara, maka dengan pembelajaran kelompok guru Maisurah mendorong siswa untuk berani mengungkapkan pendapatnya. Dengan cara ini pula, guru lebih mengenal karakteristik siswa.

“Saya mendorong anak-anak untuk berani bicara dulu di depan umum, dimulai dengan berbicara di depan teman-temannya,” tuturnya yang tak jarang menemukan inspirasi pembelajaran dari peserta didik.

 

Maisurah juga menceritakan pemetaan potensi peserta didik yang ia lakukan. Pertama, ia bertanya kepada guru di kelas sebelumnya. Kemudian, pada masa pengenalan lingkungan sekolah (MPLS) lebih banyak diisi dengan kegiatan yang mendekatkan guru dengan siswa.

Hal ini supaya terbangun rasa nyaman dan saling percaya. Berbagai metode ice breaking seperti mengajak anak menyanyi, membuat yel-yel, dan lain-lain, dipraktikkan bersama peserta didik di kelas. Lalu, ia menerapkan tes sederhana untuk memetakan kompetensi dasar anak-anak di bidang literasi dan numerasi.

“Jika saya menemukan peserta didik yang kurang menguasai materi pelajaran, saya berikan penanganan khusus. Saya kelompokkan mereka ke dalam kelompok kecil, saya berikan materi pelajaran dengan tingkat kesulitan yang lebih rendah dibanding anak-anak lain sambil dievaluasi secara berkala. Bahkan kalau memungkinkan saya berikan jam tambahan pelajaran hingga remedial,” jelas Maisurah.***

Editor: Sarnapi

Sumber: Kemendikbudristek


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah