Penunjuk Arah Kiblat, Robot Humanoid JUWARA UIN Bandung, Begini Tanggapan Wakil Menag

- 17 Juni 2023, 06:00 WIB
Wakil Menteri Agama (Wamenag), Zainut Tauhid Sa'adi
Wakil Menteri Agama (Wamenag), Zainut Tauhid Sa'adi /Jurnal Soreang /Dok. Kemenag

“Dan dari mana saja engkau keluar (untuk mengerjakan shalat) hadapkanlah mukamu ke arah Masjidil Haram (Ka’bah). Sesungguhnya perintah berkiblat ke Ka’bah itu benar dari Allah (tuhanmu) dan ingatlah Allah tidak sekali-kali lalai akan segala apa yang kamu lakukan”.

Mengenai latar belakang diciptakan robot Humanoid JUWARA ini, mulai dari kesalahan arah kiblat. Sulitnya mendapatkan informasi arah kiblat dan waktu shalat di daerah terpencil dan tidak ada akses internet.

"Sulitnya menentukan arah kiblat untuk penyandang disabilitas (tunanetra) sampai pada keliru jumlah rakaat," tuturnya.

Baca Juga: Rumah Jurnal UIN Bandung Gelar Workshop Jurnal Indeksasi Scopus dan Manajemen Konferensi, Ini Maksudnya

Dengan harapan dapat mengaplikasikan trigonometri segi tiga bola dalam sistem robot humanoid ini dapat menunjukkan arah kiblat, waktu shalat, dan jumlah rakaat.Menentukan tingkat kesesuaian pengujian robot humanoid JUWARA.

"Memudahkan dalam menentukan arah kiblat, waktu shalat dan jumlah rakaat dengan tepat. Membantu penyandang disabilitas dalam melaksanakan ibadah shalat," jelasnya.

Terdapat empat inovasi dari robot humanoid JUWARA ini, "robot penunjuk arah Kiblat, penentu waktu shalat, menghitung jumlah rakaat, digunakan tanpa akses internet," tegasnya.


Robot Humanoid JUWARA memiliki algoritma yang terinspirasi oleh algoritma trigonometri bola yang dikembangkan dalam banyak varian oleh para ulama di Era Golden Age of Islam dan Era ulama Nusantara.

 Algoritma trigonometri bola arah kiblat pertama kali di kembangkan pada abad ke-10 oleh Abu al-Wafa al-Buzjani dalam Kitab al-Majisti, dan muridnya yaitu Abu Rayhan al-Biruni dalam Kitab Tahdid Nihayat al-Amakin.

Varian baru algoritma arah kiblat trigonometri bola yang dilengkapi algoritma waktu sholat dikembangkan oleh ulama Nusantara pada abad ke-19. Di antaranya oleh Syekh Ahmad Khatib al-Minangkabawi dalam Kitab al-Nukhbah al-Bahiyah, serta sepupunya yaitu Syekh Thahir Jalaluddin al-Minangkabawi dalam Kitab Pati Kiraan.

Halaman:

Editor: Sarnapi


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah