"Secara perlahan para perempuan dapat menduduki jabatan Ketua Prodi/Jurusan, lalu Wakil Dekan, Dekan dan sampai Wakil Rektor. Sudah waktunya, perempuan berkesempatan menjadi Rektor," ujarnya.
Dalam budaya Sunda, perempuan sering kali digambarkan sebagai pondok lengkah. "Saya mendobrak stereotype (label negatif) ini dengan melanjutkan studi S2, S3, dan postdoctoral research dan teaching ke luar negeri. Hal yang tidak dilakukan oleh kebanyakan para calon rektor lainnya, yang berjenis kelamin laki-laki sekali pun," katanya.***