Sayangnya, ketersediaan data seringnya terlambat dibandingkan perubahan-perubahan kondisi ekonomi yang berlangsung cepat ini.
“Krisis seperti Covid-19 atau bahkan ancaman resesi global sekarang sangat mungkin membuat indikator SDGs memburuk dan ini tidak otomatis direfleksikan data terkini. Di sinilah kita mulai melihat tantangan-tantangan metodologis dimana perguruan tinggi bisa lebih berperan,” ujarnya.
Melalui diskusi tersebut, Prof. Arief memberikan paparan tentang bagaimana SDGs Center Unpad berkolaborasi dengan Bappenas mengembangkan metode baru untuk menjawab beragam tantangan metodologis pencapaian SDGs.
Metode tersebut di antaranya pengembangan protokol untuk pembaruan proyeksi indikator SDGs dengan mempertimbangkan kondisi ekonomi terkini, serta mengaplikasikan network theory untuk mengidentikasi indikator SDGs yang paling mempunyai high impact karena interlinkage-nya yang tinggi.
Rektor Unpad Prof. Rina Indiastuti yang hadir langsung dalam diskusi menekankan pentingnya perguruan tinggi memobilisasi sumber daya yang dimiliki untuk menyukseskan tantangan pencapaian SDGs, termasuk di dalamnya tantangan metodologis.
“SDGs Center Unpad merupakan pelopor di Indonesia dalam menjawab tantangan tersebut,” ujar Rektor.
Sekretaris Jenderal UNESCAP yang juga Guru Besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unpad Prof. Armida Alisjahbana berharap, kemitraan antara perguruan tinggi dan pemerintah terus diperkuat karena sifatnya saling melengkapi.