Waspada! Orangtua dan Sekolah Harus Deteksi LGBT Sejak Dini, Psikolog: Pornografi Sudah Dilihat Siswa SD

- 26 Agustus 2022, 21:04 WIB
seminar Deteksi Dini LGBT di kampus Al Ma'soem Jln. Raya Rancaekek-Cipacing, Bandung, Jumat 26 Agustus 2022.
seminar Deteksi Dini LGBT di kampus Al Ma'soem Jln. Raya Rancaekek-Cipacing, Bandung, Jumat 26 Agustus 2022. /Al Ma'soem/

JURNAL SOREANG- Sebuah hal miris karena serbuan LGBT makin kencang. Masyarakat Indonesia juga  belakangan sedang heboh dengan adanya  fenomena LGBT (Lesbian, Gay, Biseksual, dan  Transgender) yang mengundang pro dan kontra dari berbagai pihak.

Menurut Psikolog Elia Daryati, orangtua dan orangtua mengalami tantangan yang makin hebat dengan merebaknya era digital.

"Karena saat ini anak-anak dengan begitu mudah mengakses gambar-gambar pornografi. Bahkan siswa SD juga sudah mengakses narkolema, narkoba lewat mata," kata Elia dalam seminar Deteksi Dini LGBT di kampus Al Ma'soem Jln. Raya Rancaekek-Cipacing, Bandung, Jumat 26 Agustus 2022.

Baca Juga: Kelas! 3 Aturan Piala Dunia 2022 Qatar Ini Akan Mengejutkan Negara Barat, Salah Satunya Larangan LGBT

Lebih jauh Elia mengatakan, pada dasarnya LGBT dipahami sebagai orientasi seksual yang menyukai sesama jenis. Terlepas dari itu, apakah LGBT gangguan atau bukan, sebenarnya perubahan orientasi seksual seseorang bisa dilihat sejak usia 6-7 tahun.

"Orangtua dan pihak sekolah harus membimbing agar anak-anak bersikap, berpikir dan berperilaku sesuai dengan seksualitasnya. Kalau laki-laki ya laki-laki, demikian pula anak perempuan," ujarnya.

Sejak kecil anak sudah bisa menunjukkan kekagumannya kepada orang lain, baik sesama jenis ataupun tidak.

Baca Juga: Ketum DPP LDII Prihatin Pengibaran Bendera LGBT Karena LGBT Bertentangan dengan Agama dan Moralitas

"Orangtuadan pihak sekolah sebagai pihak terdekat bisa memperhatikan gejala-gejala yang diperlihatkan anak tersebut, untuk selanjutnya diberikan intervensi," katanya.

Misalnya, jika anak lelaki mengalami kecenderungan menyukai barang-barang yang feminim seperti boneka atau tokoh kartun perempuan, maka bisa jadi sang anak memiliki orientasi seksual yang bermasalah.

Oleh karena itu, agar tidak terbawa sampai dewasa, Elia menyarankan agar orangtua segera mengonsultasikan kondisi anaknya kepada psikolog.

Baca Juga: Waduh! Piala Dunia 2022, Hotel di Qatar Terima Pasangan LGBT, Ko Bisa?

Dia juga menegaskan bahwa faktor hormonal juga bisa menjadi penyebab pergeseran orientasi seksual, meski porsinya tak sebanyak pola asuh dan lingkungan.

LGBT bukan diturunkan melainkan lebih banyak akibat pola asuh dan pengaruh lingkungan.

"Tapi ketika melihat ada yang tak beres dengan orientasi seksual anak, jangan langsung menyalahkan, tapi lebih baik dekati . Takutnya dia trauma, dan (malah) sembunyi-sembunyi melakukannya di luar," pungkasnya.***

Editor: Sarnapi


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah