Direktur Pendidikan Tinggi Keagamaan Islam, Amien Suyitno, menyatakan bahwa sekali pun bukan satu-satunya lembaga pengindeks jurnal internasional bereputasi, Scopus menjadi alat ukur reputasi sebuah jurnal.
“Pengakuan mereka sangat penting untuk kualitas sebuah jurnal. Sebab, sistem yang dibangun sudah sangat baik, mapan, sistematis dan terukur. Sistem pengindeksannya juga teliti, apik, berguna, dan diakui dunia,” ungkap Amien Suyitno.
“Memang, tidak mudah jurnal terindeks di Scopus. Dibutuhkan kualitas riset yang baik, tulisan yang bermutu, konsistensi, dan ketelatenan para pengelola jurnal. Dengan raihan prestasi Jurnal Pendidikan Islam ini, disiplin ketarbiyahan dan keguruan sebagai salah core business PTKI kian semakin berkembang,” ungkap guru besar UIN Raden Fatah Palembang.
Rektor UIN Sunan Gunung Djati, Bandung, Mahmud, mengaku bangga memiliki jurnal terindeks Scopus. Sebab, banyak manfaat yang didapat.
Dosen yang mau menjadi guru besar akan terbantu. Reputasi akademik perguruan tinggi terdongkrak. Hasil-hasil riset dibaca banyak orang di dunia.“Pokoknya, banyak hal yang didapat dari indeks Scopus itu,” ungkap Rektor.
“Capaian indexing Scopus itu bukan sekadar alat ukur reputasi jurnal, tapi alat ukur kinerja lembaga secara umum. Scopus memberikan potret bahwa di sebuah kampus itu ada semangat. Ada kebersamaan. Ada manajemen. Ada keinginan. Ada perencanaan. Dan, ada juga fulus yang dialokasikan,” ujar Rektor lebih lanjut.
Mahmud mengapresiasi kerja keras dan kinerja Dekan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Bandung, Aan Hasanah, beserta jajarannya.
Koordinator Subdit Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Suwendi, menyatakan upaya program pendampingan jurnal internasional bereputasi dan afirmasi pembiayaan bantuan penelitian melalui BOPTN Penelitian baik melalui Diktis maupun satker PTKIN kian membuahkan hasil.