Begini Penjelasan Kurikulum Merdeka yang akan Diterapkan di SMAN 1 Cileunyi di Tahun Ajaran Sekarang

- 14 Juli 2022, 20:20 WIB
Instruktur Nasional Program Sekolah Penggerak Dirjen GTK Guru dan Tenaga Kependidikan Kemendikristek Dr. Deni Hadiansah M.Pd, saat melakukan workshop Implementasi Kurikulum Merdeka di SMAN 1 Cileunyi Tahun Ajaran 2022-2023.
Instruktur Nasional Program Sekolah Penggerak Dirjen GTK Guru dan Tenaga Kependidikan Kemendikristek Dr. Deni Hadiansah M.Pd, saat melakukan workshop Implementasi Kurikulum Merdeka di SMAN 1 Cileunyi Tahun Ajaran 2022-2023. /Ade Mamad / Jurnal Soreang /

JURNAL SOREANG - Program Kurikulum Merdeka yaitu program transformasi sekolah yang harus merubah paradigma pembelajaran di sekolah untuk menumbuh kembangkan minat yang dimiliki siswa di lingkungan Sekolah Menengah Atas (SMA) melalui Sekolah Penggerak.

Hal itu disampaikan oleh Instruktur Nasional Program Sekolah Penggerak Dirjen GTK Guru dan Tenaga Kependidikan Kemendikristek Dr. Deni Hadiansah M.Pd, saat melakukan workshop Implementasi Kurikulum Merdeka di SMAN 1 Cileunyi Tahun Ajaran 2022-2023.

"Kurikulum Merdeka salah satu bagian dari program transformasi sekolah yang harus merubah paradigma pembelajaran di sekolah," kata Deni, pada Kamis, 14 Juli 2022.

Baca Juga: Waduh! TKW Hongkong Ini Ungkap Pengalamannya Diminta Majikan Masak Telur yang Sudah Busuk: Dia Itu Pelit!

Dikatakan Deni, jika hal tersebut akibat dari kehilangan daya belajar (learning lost) dari Covid-19 dan untuk menghadapi era cara kerja yang akan berubah di masa depan.

"Namun ada yang substantif di Kurikulum Merdeka yaitu memberikan keleluasaan kepada sekolah dan guru dalam memetakan kemampuan siswa, jadi pembelajaran harus berpusat kepada siswa," imbuhnya.

Artinya, kata Deni, Kurikulum Merdeka ini salah satu upaya untuk mengembalikan kepada kodrat anak dalam mengenyam pendidikan, sebagai mana yang menjadi filosofis Ki Hajar Dewantara.

Baca Juga: Cristiano Ronaldo Ditawari Main Sepakbola di Arab Saudi dengan Gaji Rp5 Miliar Sehari,Rp3,6 Triliun 2 Tahun!

" Jadi dalam hal ini, sekolah lebih melihat kepada potensi yang dimiliki oleh si anak yang tidak hanya menguasai ilmu yang bersifat kognitif-nya saja, namun termasuk soft skill-nya," tegas Deni.

Jadi yang disebut paradigma baru dalam pembelajaran Kurikulum Merdeka adalah bagaimana memahami karakteristik, potensi dan minat siswa.

Sehingga, kata Deni, dalam kurikulum Merdeka, kegiatan belajar mengajar tidak hanya di dalam kelas saja, namun memiliki muatan projek terhadap soft skill yang dimiliki siswa.

Baca Juga: Kabar Gembira! RUU Pendidikan dan Layanan Psikologi Sah Menjadi Undang-Undang, Ini yang Diaturnya

"Jadi si anak diharapkan mampu menghasilkan suatu produk berdasarkan minat, bakat dan lintas mata pelajaran" imbuh Deni.

Dia mencontohkan seperti tema kewirausahaan dengan subtema kuliner tradisional Sunda, maka si anak harus mampu memahami jenis kuliner tradisional tadi, hingga mampu menghasilkan produk kuliner tersebut yang bermuara pada satu ekspos yang bisa ditampilkan dengan melibatkan berbagai elemen.

Sehingga, menurut Deni, implementasi dari kurikulum Merdeka tersebut memiliki dua ujung yakni kebermaknaan dan kebermanfaatan.

Baca Juga: Izinkan 7 Pemainnya Keluar Termasuk Frenkie De Jong, Xavi Hernandez Siap Lakukan Perombakan Besar-besaran

Dengan tidak mengesampingkan kemampuan siswa dalam pelajaran akademik, menurut Deni dengan adanya Kurikulum Merdeka akan lebih menunjang siswa dalam segi lainnya.

"Justru siswa yang memiliki kepintaran seperti itu (prestasi akademik), lebih bagus malah, jadi dia tidak anti dominasi soal rumus-rumus, namun dia pun mampu bergaul, karena di projek itu dia dituntut kolaborasi dengan siswa lain, dan menghilang dikotomi antara anak yang pintar IPA dengan anak pintar IPS," jelasnya.

Sementara itu, dikatakan Deni, jika awalnya Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi, Nadiem Makarim menggulirkan Sekolah Penggerak yang yang berjumlah 2500 sekolah yang menggunakan konsep paradigma baru pembelajaran Merdeka Kurikulum.

Baca Juga: Wow ! Sule Datangi Rumah Natalie Holscher Demi Bertemu Dengan Baby Adzam, Cinta Ayah Sepanjang Masa

"Ternyata setelah dievaluasi melalui Sekolah Penggerak, hasilnya bagus, karena tidak ada disparitas dalam sistem pembelajaran di sekolah," tegasnya.

Sehingga paradigma tersebut bisa diadopsi oleh sekolah lain, maka lahirlah istilah Kurikulum Merdeka dengan program besarnya yaitu konsep Merdeka Belajar yang berkesinambungan dengan Kampus Merdeka di tingkat perguruan tinggi dan Universitas.

Lebih lanjut Deni menjelaskan, pendekatan yang dilakukan dalam melakukan program tersebut yaitu diferensiasi learning yang harus mengakomodir kebutuhan siswa dan teaching in the right level yang harus sesuai dengan minat dan kemampuan siswa.

Baca Juga: LIGA 1 2022: Tidak Tanggung-tanggung Dewa United FC Rekrut Pemain Timnas Lebanon, Berikut Profilnya

"Sehingga gol dari program Kurikulum Merdeka yaitu mewujudkan profil pelajar pancasila yang memiliki 6 dimensi, diantaranya beriman, bertakwa dan berakhlak mulia, berkebinekaan global, bernalar kritis, mandiri, kreatif dan gotong royong," ungkap Deni.

Bahkan kata Deni, program tersebut pun sudah mulai dilakukan di sebagian perguruan tinggi dan universitas.

"Nah, kalau saya cek di tingkat perguruan tinggi, program- programnya sudah mulai kurikulum baru juga sebagian yang sudah siap, contoh dengan adanya lintas kampus, kendati belum semua," ungkapnya.

Baca Juga: Media Vietnam Sebut Fans Indonesia Sombong Setelah Vietnam Kalah dari Malaysia, Ini Jawaban Netizen

Bahkan, kata Deni, kemungkinan hal tersebut pun akan diselaraskan dengan program Kurikulum Merdeka di tingkat perguruan tinggi atau universitas.

"Meskipun sekarang nampak terasa masih parsial, tapi nanti pasti akan klop lantaran mempunyai konsep yang sama, dengan sistem Capaian Pembelajaran (CP) yang biasa diterapkan di perguruan tinggi atau universitas," imbuhnya.

Jadi pada intinya, esensi dari Kurikulum Merdeka, kata Deni, adalah jika si anak sedari sekolah sudah mengenal potensi yang dimiliki untuk berkompetisi, baik di jenjang sekolah formal yang lebih tinggi (Perguruan Tinggi dan Universitas) maupun dalam kehidupannya sehari-hari.

Baca Juga: Waduh ! Ternyata Sule Pernah Berkata Natalie Holscher Terlambat Lahir, Belasan Tahun yang Lalu, Ternyata

Maka, ketika sekolah (diluar Sekolah Penggerak) menerapkan Kurikulum Merdeka, kata Deni, dibagi menjadi tiga opsi, yaitu sistem mandiri belajar, mandiri berubah dan mandiri berbagi.

Mandiri belajar yaitu jika sekolah masih menggunakan kurikulum lama (2013) namun kegiatan belajar mengajar sudah mulai berubah mengikuti perkembangan zaman.

Kemudian opsi mandiri berubah yaitu, jika kurikulum sekolah sudah mulai dirubah dengan menggunakan perangkat ajar atau menggunakan modul pelajaran dari pemerintah.

Baca Juga: Selain PSG dan Bayern Munich, Chelsea Juga Dikabarkan Menolak Cristiano Ronaldo, Ternyata Ini Alasannya!

Sedangkan opsi mandiri berbagi yaitu jika sekolah sudah mampu membuat kurikulum dan modul sendiri.

Sementara itu, Kepala Sekolah SMAN 1 Cileunyi, Hery Kustarto, mengatakan jika pihaknya mengamini terhadap program yang digulirkan pemerintah terhadap sekolahnya.

"Karena sekolah kita sudah mendapatkan SK (Surat Keputusan) terkait penerapan kurikulum tersebut, maka kita harus siap melaksanakan program tersebut," kata Hery.

Baca Juga: Wow! Natalie Holscher Ungkap Besaran Uang yang diberikan Sule Untuk Menafkahi Baby Adzam Setiap Bulan, 25 Juta

Kendati untuk saat ini tidak semua sekolah di Kabupaten Bandung mendapatkan SK untuk penerapan program tersebut, namun tak menampik jika pihaknya, kata Hery, dikategorikan sekolah yang termasuk di level mandiri berubah.

"Oleh karena itu, kami akan berupaya semaksimal mungkin untuk penerapan kurikulum merdeka tersebut yang akan dimulai pada tahun ajaran 2022-2023," pungkasnya.***

Editor: Ade Mamad


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah