Namun dengan semangat _link and match_ Merdeka Belajar dengan Kurikulum Merdeka, para pelajar dan mahasiswa vokasi berhasil melakukan riset berbasis produk yang bisa digunakan di pasar.
“Ini adalah bukti keberhasilan dunia vokasi. Dengan semangat Merdeka Belajar, kita berhasil melakukan riset vokasi yang menghasilkan produk dan dapat dihilirkan ke masyarakat. Inilah budaya riset vokasi,” tutur Dirjen Wikan.
Oleh karena itu, Dirjen Wikan mengatakan ada yang salah dengan riset jika hasil risetnya tidak meluncur hingga ke pasar.
Baca Juga: Lulus SMP Masih Bingung Mau Lanjut ke SMA, SMK atau MA? Kenali Perbedaan Tipe 3 Sekolah
“Jadi, jangan lagi hanya bikin alat untuk memuaskan diri sendiri, tidak pernah masuk pasar. Tidak terkonfirmasi pasar butuh atau tidak. Kalau butuh harganya masuk enggak. Jadi, ini adalah budaya baik, memasarkan hasil SMK, Perguruan Tinggi Vokasi, ini yang harus kita tumbuhkan,” tutur dia.
Pada kesempatan yang sama, Kepala BBPPMPV-BMTI Supriyono mengatakan pembangunan _ship_ simulator ini berdasarkan peluang yang dibaca pelajar vokasi, yakni kebutuhan transportasi kelautan di Indonesia sangat besar.
Supriyono berharap sekolah pelayaran atau program studi pelayaran di dalam negeri tak lagi mengimpor ship simulator luar negeri, melainkan menggunakan ship simulator buatan anak bangsa. "Ini kita kembangkan bersama lebih dari 30 SMK dan Perguruan Tinggi Vokasi," kata Supriyono.***