Menceritakan pengalamannya dilatih menjadi Guru Penggerak, Nuri menguraikan, “Kami dilatih sembilan bulan dengan alur yang sangat merdeka. Mulai dari diri sendiri, kami diberi materi konsep, belajar mandiri. Materinya sangat mengacak-acak pikiran saya. Dan yang dilakukan, beda dengan rutinitas zona nyaman saya,” terangnya.
Dilanjutkan Nuri, sebagai calon Guru Penggerak, ia ditantang dengan berbagai tugas-tugas sembari dibantu oleh para instruktur dan fasilitator di kelas-kelas elaborasi dan kolaborasi. “Ada sesi refleksi juga, dan karenanya saya jadi sangat reflektif saat ini,” ujarnya.
Baca Juga: 37 Makna Merdeka Belajar di Hari Guru, Dalam Sudut Pandang Seniman
Sementara itu, Kepala Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) 1 Sembawa, Banyuasin, Sumatera Selatan, Ria Wilastri, mengungkapkan betapa pengalaman Sekolah Penggerak telah memberikan keseruan bagi diri dan sekolahnya.
“Alhamdulillah, sekolah saya berhasil lolos. Dari Sumsel, yang lolos Sekolah Penggerak ada yang dari Banyuasin, Ogan Komering Ulu Timur, dan Ogan Komering Ilir. Jadi tersebar dari seluruh daerah. Bukan hanya di kota saja, tetapi juga di wilayah lain,” ungkap Ria, yang menyanggah persepsi keliru bahwa Sekolah Penggerak hanya program “sekolah favorit”.***