Nadiem Makarim Mengaku Merdeka Belajar Adalah 'Virus', Berikut Penjelasannya

- 29 November 2021, 05:10 WIB
Mendikbud ristek Nadiem Makarom.spal.mersela belajar dam peran guru
Mendikbud ristek Nadiem Makarom.spal.mersela belajar dam peran guru /Kemendikbud ristek/

JURNAL SOREANG- Dalam sesi bincang pendidikan bersama para guru dan kepala sekolah penggerak pada Puncak Peringatan Hari Guru Nasional Tahun 2021, Mendikbudristek Nadiem Anwar Makarim  mengaku terkesan dengan respons para guru mengenai Merdeka Belajar.

Sebagian besar guru yang ditemui Menteri Nadiem mengaku bahwa program-program yang diikutinya telah membuka paradigma baru sebagai seorang pendidik dan berdampak pada pembelajaran yang dikelolanya.

“Setiap bertemu para guru, saat saya minta mereka bercerita tentang dampak program ini, mereka mulai menangis. Mereka mengatakan, ‘Selama ini, saya salah mengerti mengenai fungsi dan peran saya sebagai guru’. Kesadaran itu membuat mereka emosional. Dari situ saya sadar, Guru Penggerak adalah ‘virus positif’ yang akan menyebar luas,” kata Nadiem, baru-baru ini.

Baca Juga: Mendikbudristek: Jadikan Merdeka Belajar Sebagai Gerakan, Jangan Sampai Ganti Pejabat Ganti Kebijakan

Khoiry Nuria Widyaningrum, yang akrab disapa Nuri, salah satu peserta pendidikan Guru Penggerak bersemangat mengajak sejawatnya, “Bapak Ibu, semuanya harus jadi Guru Penggerak.”

Nuri, yang tengah menjalani bulan keempat program pendidikan Guru Penggerak, mengaku pola pikirnya telah berubah drastis sejak mengikuti program Sembilan bulan ini. “Saya dulu sangat berorientasi akademik. Bagaimana caranya nilai Ujian Nasional sekolah saya (meraih) nilai tinggi, rajin melatih anak-anak ikut olimpiade sains,” ucapnya.

Dalam kesempatan itu, guru Nuri berbagi pengalaman meninggalkan jabatannya yang sudah mapan sebagai Kepala Sekolah di sekolah swasta, kemudian, menjadi guru ASN di sekolah negeri.

Baca Juga: Fakultas Dakwah dan Komunikasi se-Indonesia Matangkan Konsep Merdeka Belajar Kampus Merdeka

Ia tergerak karena melihat kenyataan kesenjangan kualitas pendidikan antara sekolahnya dulu dengan sekolah negeri di sekitar tempat tinggalnya. “Saya memutuskan, saya harus bergerak di sekolah-sekolah negeri yang luar biasa medannya, bersama teman-teman guru untuk membawa perubahan. Ini demi anak-anak Indonesia yang butuh uluran tangan kita. Mereka semua manusia. Bukan obyek belajar tapi subyek belajar,” tutur guru Nuri dengan suara bergetar.

Menceritakan pengalamannya dilatih menjadi Guru Penggerak, Nuri menguraikan, “Kami dilatih sembilan bulan dengan alur yang sangat merdeka. Mulai dari diri sendiri, kami diberi materi konsep, belajar mandiri. Materinya sangat mengacak-acak pikiran saya. Dan yang dilakukan, beda dengan rutinitas zona nyaman saya,” terangnya.

Dilanjutkan Nuri, sebagai calon Guru Penggerak, ia ditantang dengan berbagai tugas-tugas sembari dibantu oleh para instruktur dan fasilitator di kelas-kelas elaborasi dan kolaborasi. “Ada sesi refleksi juga, dan karenanya saya jadi sangat reflektif saat ini,” ujarnya.

Baca Juga: 37 Makna Merdeka Belajar di Hari Guru, Dalam Sudut Pandang Seniman

Sementara itu, Kepala Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) 1 Sembawa, Banyuasin, Sumatera Selatan, Ria Wilastri, mengungkapkan betapa pengalaman Sekolah Penggerak telah memberikan keseruan bagi diri dan sekolahnya.

“Alhamdulillah, sekolah saya berhasil lolos. Dari Sumsel, yang lolos Sekolah Penggerak ada yang dari Banyuasin, Ogan Komering Ulu Timur, dan Ogan Komering Ilir. Jadi tersebar dari seluruh daerah. Bukan hanya di kota saja, tetapi juga di wilayah lain,” ungkap Ria, yang menyanggah persepsi keliru bahwa Sekolah Penggerak hanya program “sekolah favorit”.***

Editor: Sarnapi

Sumber: Kemendikbud Ristek


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah