“Pemerintah tetap berkomitmen untuk memperkuat investasi di bidang pendidikan, antara lain mendukung perluasan program beasiswa," katanya.
Karenanya, Mendikbudristek menggarisbawahi prioritas Kemendikbudristek, yakni untuk mengedepankan pembiayaan pendidikan yang paling diperlukan peserta didik, pendidik, dan orangtua di masa pandemi, sehingga beberapa program menjadi terdampak _refocusing_ anggaran.
“Tentu ada kesedihan di pihak kami bahwa ada beberapa program yang dihadirkan dengan semangat gotong royong yang terdampak refocusing, Kemendikbudristek telah memperjuangkan anggarannya semaksimal mungkin dan akan terus mengakselerasi program-program tersebut,” tekan Nadiem.
Beberapa contoh program yang terdampak _refocusing_ adalah Program Organisasi Penggerak sasarannya tetap pada 20.438 orang, tapi anggaran turun dari Rp320,4 miliar ke Rp209,4Miliar; Program Guru Penggerak sasarannya turun dari 36.769 ke 29.269 orang, dengan anggaran turun dari Rp689,68 miliar ke Rp551,85 miliar.
Selain itu, pendampingan guru Sekolah Penggerak sasarannya turun dari 61.000 ke 23.145 orang, dengan anggaran turun dari Rp389,3 miliar ke Rp247,7 miliar dan satuan pendidikan aman bencana sasarannya turun dari 1.530 Lembaga ke 1.290 lembaga, dengan anggaran turun dari Rp152,1Miliar ke Rp115,9 Miliar.
Selain itu, target desa pemajuan kebudayaan berkurang dari 359 desa ke 270 desa, dengan anggaran yang berkurang dari Rp36,9 miliar ke Rp27 miliar.
Baca Juga: Besaran KIP Kuliah 2021 dan Biaya Hidupnya Naik Drastis, Ini Penjelasannya
Lebih lanjut Mendikbudristek menjelaskan bahwa _refocusing_ anggaran di Kemendikbudristek telah melalui empat tahapan yang berdasarkan surat Menteri Keuangan.
Pada tahap pertama, ada penyesuaian anggaran untuk bantuan kuota data internet sebesar Rp2,52 Triliun yang dibiayai secara berbagi biaya Kemendikbudristek sebesar Rp500 miliar dan Bagian Anggaran Bendahara Umum Negara (BA-BUN) Rp2,02 triliun.