Tilawah Alquran Masih Sebatas Gugurkan Kewajiban

30 September 2020, 10:01 WIB
Suasana kampus UIN Bandung di Cibiru, Kota Bandung. Lulusan UIN harus punya kekhasan dibandingkan perguruan tinggi lainnya /Sar/

 


JURNAL SOREANG.- Lulusan Fakultas Sains dan Teknologi (FST) UIN Bandung harus memiliki kekhasan dan keunggulan yakni memahami Alquran dan sains teknologi. Selama ini pembelajaran tilawah Alquran bagi mahasiswa dianggap sebagai menggugurkan kewajiban.

"Jadi pendidikan di FST UIN bukan sebatas menguasasi sains san teknologi, tapi upaya mencetak generasi qurani dan berakhlak mulia yang dibutuhkan masyarakat," kata
Dekan FST UIN Bandung, Dr. Hj. Hasniah Aliah, M.Si, dalam rilisnya, Rabu, 30 September 2020.

FST UIN sendiri memiliki Unit Khusus Tilawah, Iibadah dan Tahfizh bekerjasama dengan Taqiya_BelajarQuran Yayasan Pondok Quran.

Baca Juga: DPR Ingin Ada Satu Penghafal Alquran di Tiap Rumah

 

"Dua tahun lalu, jurusan Fisika FST menjadi pendamping siswa SMP PQBS dalam kegiatan praktikum IPA, dalam skim Pengabdian kepada Masyarakat. Kali ini Taqiya_BelajarQuran Yayasan PQ menjadi pendamping bagi para dosen FST yang insyaa Allah akan ditugaskan dalam mata kuliah Praktik Tilawah," ujarnya.


Dia menambahkan, selama ini kegiatan praktik tilawah, ibadah dan tahfizh adalah kegiatan rutin yang diselenggarakan sebagai bagian dari mata kuliah khas universitas, dengan bobot 0 SKS.

"Dalam beberapa assesmen borang akreditasi, ketiga mata kuliah ini sering menjadi pertanyaan dari pihak asesor. Karena ini adalah mata kuliah yang jelas materinya ada dan disajikan, namun waktu dan hasil belajarnya tidak mendapatkan perhargaan," ujarnya.

Baca Juga: Hebat, Santri Duafa Alkasyaf Lahirkan Kitab Tafsir Seribu Halaman

 


Meskipun akreditasi prodi di FST UIN mendapatkan nilai A, namun tetap saja saat dikalikan dengan 0 sks, maka tidak ada nilai dari kegiatan tersebut.

"Menjadi dugaan kami, mahasiswa juga melaksanakan kegiatan ini hanya untuk menggugurkan kewajiban agar bisa melanjutkan ke tahap penyelesaain studi. Belajar Alquran tidak dianggap sebagai kebutuhan," ucapnya.

Tujuan penyelenggaraan belajar Alquran untuk menjadi distingsi lulusan UIN dari prodi mana saja akhirnya menjadi tidak tercapai.

"Kami mengususlkan bagaimana kalau untuk ke-3 MK praktik tadi, tidak masuk dalam transkrip nilai mahasiswa melainkan dikeluarkan sertifikat khusus," katanya.

 Sertifikat itu sebagai bukti mahasiswa sudah menyelesaikan mata kuliah praktik ini dan dicatatkan dalam Surat Keterangan Pendamping Ijazah (SKPI).

 "Sepertihalnya sertifikat kemampuan bahasa dan lainnya. Dengan cara seperti ini, dari SKPI mahasiswa akan tergambar distingsi mahasiswa lulusan UIN Sunan Gunung Djati Bandung," tandasnya.***

 

Editor: Sarnapi

Tags

Terkini

Terpopuler