Ingin Generasi Saleh? Tirulah Luqman, Prof. Atip: Cuma Sekolah Lebih Menitikberatkan Kognitif dari Karakter

17 April 2023, 13:14 WIB
Wakil Ketua Umum PP Persis dan Guru Besar Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran, Prof. Atip Latifulhayat, SH., LLM., Ph. D yang hadir pada PCI Serial Lecture sekaligus mengakhiri rangkaian Pesantren Ramadhan 1444 H, Sabtu 15 April 2023. /Istimewa /

 

JURNAL SOREANG- Melalui momentum Pesantren Ramadhan 1444 H, SMP Prima Cendekia Islami menghadirkan para tokoh internasional.

Diawali dengan menghadirkan tiga orang mahasiswa asal Tajikistan, lalu menghadirkan Dr. Ahmad Muhammad Ath-Thuki pakar Al-Qur'an dan Bahasa Arab dari Kairo Mesir, hingga Guru Besar Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran, Prof. Atip Latifulhayat, SH., LLM., Ph. D yang hadir pada PCI Serial Lecture sekaligus mengakhiri rangkaian Pesantren Ramadhan 1444 H, Sabtu 15 April 2023.

Bertempat di Masjid Ulul Albab SMP PCI, Profesor Atip Latifulhayat yang juga Wakil Ketua Umum Pimpinan Pusat Persatuan Islam (PP. Persis) diawal pemaparannya menyoroti tema Pesantren Ramadhan SMP PCI, "Yaa Bunayya La Tusyrik Billah"; 'Wahai anakku, janganlah kamu sekali-kali mempersekutukan Allah".

 Hal itu adalah nasihat pertama Luqman kepada anaknya sebagaimana tercantum dalam Al-Qur'an Surat Lukman Ayat 13.

Makna dari tema ini adalah bagaimana para orang tua dalam mendidik putra-putrinya agar tidak menyekutukan Allah.

Prof. Atip menjelaskan  keberadaan sekolah lebih menitik beratkan pada pendidikan kognitif walaupun pendidikan karakter melekat dalam pelaksanaannya.

"Namun, seharusnya para orang tualah yang paling bertanggung jawab akan pendidikan karakter anak," ujar guru besar yang meraih gelar master dan doktornya di Monash University, Melbourne Australia itu.

Baca Juga: Kapolsek Baleendah Pun Ingin Sekolah di SMP PCI, Kompol Tedy: Seandainya Waktu Bisa Diputar Lagi

Kawan dekat dari Ketua Yayasan Pendidikan Prima Cendekia Islami Prof. Dadan Wildan tersebut menilai keberadaan SMP PCI dinilai akan mampu memberikan kontribusi maksimal kepada para siswa untuk pendidikan kognitif dan pembentukkan karakter para siswa merujuk kepada kurikulum yang dilaksanakan.

"Pada hakikatnya semua siswa itu cerdas, disinilah peran para pendidik untuk menggali potensi yang ada pada diri siswa. Saya percaya dengan guru-guru yang relatif muda dan kekinian, disini hal itu dapat tercapai," tuturnya.

Mengangkat materi tentang kemajuan dan kemunduran peradaban islam, Prof. Atif menjelaskan tema yang berat itu kepada para siswa dengan bahasa yang ringan sehingga mudah dipahami para siswa jenjang SMP. Para siswa terlihat mampu menyerap apa yang disampaikan guru besar Unpad tersebut.

 

Prof. Atip menuturkan bahwa Islam pernah mengalami zaman keemasan, dengan memiliki para cendekiawan dan ilmuwan yang sangat berpengaruh dalam peradaban dunia.

Ia mengambil contoh Ibnu Sina di bidang kedokteran dan beberapa tokoh besar yang sampai ini hasil pemikirannya masih dipakai oleh dunia.

Guru besar ilmu hukum udara itu menuturkan, dengan fitrah bahwa seluruh anak itu memiliki kecerdasan masing-masing, maka kemajuan peradaban islam itu dapat terulang.

Baca Juga: Penerjemah Ceramah Syekh Ahmad Muhammad Ath-Thuky Saat di SMP PCI Bukan Sembarangan, Ini Sosoknya

"Sebagai pendidik kita harus dapat mengetahui potensi apa dan bakat apa yang dimiliki para siswa agar mereka mampu tumbuh secara maksimal dengan kecerdasan dan potensi yang mereka miliki," katanya.

Diakhir pemaparannya kepada para siswa, Prof. Atip menekankan tentang karakter kejujuran yang harus senantiasa tertanam pada diri siswa.***

Ikuti terus dan share informasi Anda di media sosial  Google News Jurnal Soreang ,  FB Page Jurnal Soreang ,  Youtube Jurnal Soreang ,  Instagram

Editor: Sarnapi

Tags

Terkini

Terpopuler