JURNAL SOREANG - Menyikapi keputusan pemerintah terkait wilayah Bandung Raya termasuk level 3 penyebaran Covid-19, maka sistem Pembelajaran Tatap Muka di setiap sekolah berlaku 50 persen sesuai dengan SK 4 menteri.
Tidak hanya di sekolah negeri, hal itu pun termasuk sekolah swasta di semua wilayah.
Kepala Sekolah SMP Bakti Nusantara 666, Cileunyi, Asep Saeful Anwar, mengatakan jika pihaknya fatsun terhadap keputusan tersebut.
"Ya tentunya kami mengikuti aturan yang sudah dikeluarkan pemerintah terkait PTM di sekolah kami," kata Asep.
Ia pun menegaskan bahwa sistem PTM di sekolahnya diatur semaksimal mungkin dalam memenuhi standar protokol kesehatan atau Prokes ketat.
"Di setiap sudut kami menyediakan tempat cuci tangan serta pengecekan suhu tubuh setiap siswa yang akan melaksanakan PTM," imbuhnya.
Baca Juga: Segera Rilis, Huawei P50 Pro Dengan Kamera Spek Dewa
Namun demikian, Asep pun tidak menampik jika kebanyakan siswanya menginginkan untuk PTM 100 persen.
"Bahkan anak didik kami, semuanya menginginkan belajar tatap muka, mungkin mereka merasa sudah divaksin," ungkapnya.
Sehingga ia beserta jajarannya berupaya menerapkan sistem pembelajaran 50 persen yang dibagi dalam beberapa sesi.
Baca Juga: Lee Byung Hun Dikonfirmasi Positif Covid-19, Bagaimana Kelanjutan Drama Our Blues?
"Kendati hanya 50 persen PTM, sedemikian rupa kami atur sistem belajarnya, sehingga belajar siswa tetap maksimal," papar Asep.
Lebih lanjut Asep mengaku, jika ada salah satu siswa yang sedang sakit namun memaksakan untuk sekolah, pihaknya tetap menekankan kepada orang tua siswa tersebut, agar tidak mengikuti PTM.
"Kami beritahukan kepada orang tua siswa, agar siswa tersebut agar belajar di rumah," tegas Asep.
Baca Juga: Ketahui, 9 Pohon yang Sering Ditempati Kuntilanak, Pocong, Tuyul, Genderuwo dan Raja Jin
Asep pun menjamin jika siswa yang sakit dan hanya belajar di rumah, sistem absensi siswa tersebut tetap dianggap masuk sekolah.
"Hanya minta tugas saja ke guru mata pelajaran, daripada dia datang ke sekolah lalu di cek, ternyata ada masalah," tegasnya.
Selain itu, kata Asep, sebagai upaya antisipasi, pihaknya selalu mengevaluasi terkait PTM.
"Karena catatan dari dinas itu, siswa tidak boleh dipaksakan untuk masuk sekolah, kendati para orang tua dan siswa hampir 97 persen menginginkan sistem PTM dilanjutkan," ungkapnya.
Untuk mengakomodir hasil evaluasi tersebut, maka pihak sekolah tetap membatasi PTM sesuai dengan ketentuan.
"Jadi di setiap kelasnya kami hanya diisi 50 persen, sisanya belajar di rumah dengan sistem pembelajaran online, dari hari Senin hingga kamis, jadi siswa datang ke sekolah hanya 2 kali dalam satu minggu, karena hari Jumat lebih kepada evaluasi, maka semua siswa di hari Jumat belajar daring," lanjutnya.
Dikatakan Asep, setiap 3 hari sekali, semua sarana dan prasarana pendidikan yang ada di sekolahnya, selalu dilakukan penyemprotan desinfektan.
"Kami jadwalkan 3 hari sekali untuk penyemprotan desinfektan, biar semuanya tetap steril,"
Lebih lanjut Asep berharap, dari upaya sekolah yang selama ini dilakukan terhadap penerapan protokol kesehatan, siswanya jadi terbiasa dengan hidup new normal.
Baca Juga: Tim Pabrikan Livery Repsol Honda Pamerkan MotoGP 2022 dengan Marc Marquez dan Pol Espargaro
"Dengan penerapan prokes yang ketat di sekolah, kami berharap siswa jadi terbiasa menghadapi hidup new normal itu," harap Asep.***